Mulai tanggal 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka secara official dilantik menjadi presiden dan wakil presiden RI periode 2024-2029.
Setelah pelantikkan presiden dan wakil presiden, maka pada tanggal 21 Oktober 2024, berselang 1 hari setalh pelantikkan, Presiden Prabowo melantik para menteri pembantunya yang dikenal dengan sebutan menteri kabinet merah putih.
Dari sekian pembantu menteri yang menjadi fokus penulis adalah kementerian pendidikan tinggi, sains, dan teknologi yang disingkat menjadi kemendiktisaintek, yang di kepalai oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro dan dibantu oleh wakil menteri (wamen) Stella Christie.
Yang menjadi sorotan penulis tertuju pada sang wamen Stella Christie yang berbicara mengenai sains dan riset yang ideal dan seharusnya, dimana sepertinya banyak bergambar dari riset-riset di luar negeri.
Hampir di setiap kesempatan atau event, sang wamen selalu bicara mengenai bagaimana seharusnya riset dan bagaimana pendidikan tinggi seharusnya dilakukan di Indonesia.
Hal yang disampaikan tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini, dimana sistem riset dan hal lainnya yang berkaitan masih sangat jauh dari apa yang disampaikan oleh sang wamen.
Penulis, yang juga diaspora yang melakukan riset di bidang fisika teori di lembaga riset dan universitas di luar negeri, kadang-kadang berpikir bahwa sangat mudah menjelaskan sistem riset yang ideal dimana sistem riset, manajemen dan lainnya terkait sudah berjalan dengan baik.
Hal ini kadang-kadang penulis menjadi sangat geli mendengar apa yang dipaparkan oleh sang wamen. Penulis sebenarnya sangat berharap bahwa sang wamen menjelaskan strategi dan paparan bagaimana kemendiktisaintek untuk menciptkan riset yang lebih kondusit (ideal=seperti di Harvard dan lain lain yang risetnya sudah berjalan baik) yang selalu dipaparkan oleh sang wamen, daripada sekedar bercerita "semacam populer sains". Dengan kata lain menceritakan bagaiman riset seharusnya dan bagaiman siswa atau mahasiswa seharusnya belajar.
Hal ini, penulis pikir, menjadi hal yang sangat penting disosialisasikan. Satu hal lagi yang terpenting adalah bahwa sang wamen selalu mengatakan bahwa beliau sudah melakukan riset mengenai hal yang berkaitan dengan kognitif sains dll, dimana ini juga belum bisa ditarik menjadi kesimpulan bahwa apa yang beliau sudah lakukan adalah benar, perlu ada paper pembanding atau eksperimen pembanding untuk mengatakan bahwa apa yang sang wamen teliti adalah benar dan terbukti.
Contoh untuk ini adalah terkait kecerdasan anak dan sarapan pagi, beliau mengatakan bahwa sarapan pagi terkait dengan kecerdasan anak dan pernyataan lainnya yang bagi penulis sangat claiming sepihak.