Pasca pembentukkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pe-merger-an Kemendikbud dan kemenrisktek menjadi Kemendikbud-RISTEK , banyak sekali muncul ulasan di media cetak online mengenai riset nasional yang sedang digalakkan pemerintah dan investasi modal yang didengung-dengungkan pemerintah agar dapat mendatangkan investor dari luar negeri. Kedua hal ini memang sangat berpotensi untuk bisa meningkatkan perekonomian Indonesia dan berkaitan, namun bisa juga keduanya tidak berkaitan satu dengan yang lain secara langsung. Misalnya kita bisa tidak butuh usaha keras untuk menarik investor dari luar negeri untuk mengerakkan ekonomi dan pembangunan di Indonesia bila riset kita sudah bisa ber-inovasi. Riset yang ber-inovasi dengan sendirinya akan mampu meningkatkan pendapatan serta mengerakkan perekonomian Indonesia.Â
Dalam hal ini banyak yang salah paham mengenai investasi riset yang meng-inovasi dan investasi modal. Dalam kondisi perekonomian Indonesia saat ini yang sangat dibutuhkan adalah investasi modal daripada investasi riset. Namun walaupun demikian keduanya bisa berjalan secara paralel, dimana investasi modal bisa digunakan untuk menahan perekonomian jangka pendek, sedangkan investasi riset digunakan untuk menumbuhkan perekonomian jangka panjang. Mengapa investasi modal sangat dibutuhkan saat ini? Dalam pembangunan besar-besaran yang dicanangkan pemerintah Jokowi Widodo pastinya sangat membutuhkan modal yang sangat besar untuk membangun infrastruktur dan mengerakkan ekonomi di Indonesia.Â
Selain itu, mendatangkan investasi adalah salah satu cara yang paling mudah dilakukan saat ini dibandingkan yang lain. Namun investasi dari luar negeri juga harus dalam toleransi tertentu atau dibatasi hingga limit tertentu. Hal ini dikarenakan investasi modal bagai pedang bermata dua, dimana ini bisa meningkatkan perekonomian secara cepat dan juga bisa meruntuhkan perekonomian secara cepat. Hal ini yang terjadi beberapa tahun lalu ketika companies besar seperti NIKE, dll menarik investasinya dari Indonesia dengan memindahkan pabrik-pabrik mereka ke negara-negara tetangga di ASEAN. Dengan pindahnya pabrik-parik besar ini dari bumi pertiwi ke negara lain, hal ini menyebabkan meningkatnya pengangguran dan lainnya yang berkaitan dengan perekonomian. Jadi hal inilah tujuan utama pemerintah untuk mendatangkan investasi di Indonesia.Â
Sedangkan investasi riset yang men-inovasi ini adalah masih dalam cita-cita jangka panjang negara kita. Kenapa masih cita-cita jangka panjang? Karena invetasi riset yang meng-inovasi sebenarnya belum pernah dilakukan secara benar. Jangankan riset yang meng-inovasi, pemerintah kita tidak pernah fokus akan riset itu sendiri dengan mneciptakan iklim riset yang kondusif. Oleh karena itu tidak heran bahwa iklim riset yang benar-benar dan kondusif itu belum  pernah terwujud di negara yang kita cintai ini. Yang terjadi saat ini adalah bahwa riset Indonesia adalah riset yang mengikuti riset dari negara-negara seperti US, Japan dan negara-negara di Eropa. Dengan kata lain, riset kita itu hanya follower riset dari US, Japan dan negra-negara di Eropa. Riset kita belum bisa meng-inovasi tentunya.Â
Oleh karena itu riset yang meng-inovasi itu adalah sesuatu yang harus direncanakan dan dilakukan dalam jangka panjang secara konsisten atau kontinu, baru bisa menghasilkan riset yang meng-inovasi dan menghasilkan produk yang bisa di produksi secara massal. Jadi level riset inovasi yang kita lakukan saat ini masih inovasi pada level meng-copy  atau meng-combine atau me-racik ulang atau meng-upgrate apa yang telah dilakukan di negara-negara lain seperti US, Japan dan negara-negara di Eropa. Oleh karena itu riset inovasi kita saat ini belum bisa diproduksi secara massal karena produk-produk yang sama dengan standard internasional (high standard) dihasilkan di US, Japan dan negara-negara di Eropa telah menguasai international market.Â
Jadi untuk sampai pada level riset yang meng-inovasi, kita harus terlebih dahulu menciptkan iklim riset yang kondusif pada level nasional. Oleh karena itu pemerintah harus memberikan perhatian khusus dalam menciptakan iklim riset nasional yang kondusif. Baru-baru ini pemerintah telah membentuk badan riset dan inovasi (BRIN) yang memiliki tupoksi (tugas pokok dan fungsi) untuk meng-komandoi riset dan inovasi nasional. Seperti yang diutarakan diatas, sudah pasti tentunya BRIN akan memiliki tugas yang sangat berat untuk bisa sampai pada level riset yang men-inovasi.
Namun hal ini mungkin adalah langkah yang strategis dalam menumbuhkan riset yang meng-inovasi di Indonesia. Tupoksi dari BRIN bisa tercapai bila BRIN benar-benar stick to the plan  (tupoksi)-nya. Bila tupoksi-nya dijalankan dengan tepat dan benar maka impian riset yang meng-inovasi itu akan mungkin tercapai dalam 20 tahun mendatang. Untuk mencapai ini pemerintah melalui BRIN juga harus melakukan mapping terhadap expertise leader pada setiap-tiap bidang riset yang akan dibentuk. Hal ini sangat urgent untuk dilakukan guna menciptakan inovasi yang madiri, artinya tidak meniru, meng-copy atau melanjutkan dari riset yang ada dan dilakukan tetapi bisa menemukan riset inovasi yang baru yang dibutuhkan secara nasional maupun internasional. Dengan kata lain  bisa dikatakan research and innovation discovery.Â
Dengan banyak riset penemuan inovasi yang dilakukan di masa mendatang, maka  ini juga membawa riset Indonesia ke level yang sama dengan US, Japan dan negara-negara di Eropa yang mampu melakukan discovery (penemuan). Namun dengan kondisi saat ini dan BRIN tidak melakukan perubahan besar terhadap riset nasional maka ini akan membawa riset kita jauh dari panggang. Dan dapat dipastikan bawah perekonomian kita akan bergantung pada investasi modal dan tidak mampu mandiri, dimana perekonomian meningkat karena riset yang men-inovasi. PTPH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H