Mohon tunggu...
Parada Hutauruk
Parada Hutauruk Mohon Tunggu... Ilmuwan - I am scientist --theoretical physicist

I am only a tail of universe who is doing something, trying something and doing something again to make something better ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hardiknas 2 Mei 2021 dengan Tema "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar" Masih Relevankah?

1 Mei 2021   15:45 Diperbarui: 1 Mei 2021   16:06 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pendidikan nasional disingkat Hardiknas adalah hari yang bersejarah dalam dunia pendidikan Indonesia. Hardiknas secara resmi diperingati berdasarkan Surat Keputusan Presiden (SKP) RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959.  Berdasarkan SKP ini maka Indonesi telah memperingati Hardiknas yang ke-62 tahun. Artinya pendidikan di Indonesia sudah berusia 62 tahun dimana 62 tahun adalah usia pendidikan yang cukup matang dalam pemerataan pendidikan nasional., apalagi dalam hal merdeka belajar. Dengan tema ini mengindikasikan bahwa pendidikan kita masih jauh dari pemerataan pendidikan di Bumi pertiwi ini, meskipun pendidikan sudah berusia 62 tahun. Seharusnya tema ini sudah tidak relevan untuk diangkat dengan usia 62 tahun pendidikan nasional. Pertanyaan yang muncul adalah apa yang salah dengan pendidikan Indonesia?

Bila kita lihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, baik itu dari infrastruktur dan kurikulum serta sumber daya guru (SDG) yang merupakan komponen penting dalam pendidikan nasional. Ketiga komponen ini sangat cukup untuk mewakili observable lainnya untuk mengukur kesuksesan pendidikan nasional. Mari kita bahas satu per satu komponen ini secara detail. Pertama infrastruktur pendidikan di Indonesia, misalnya bangunan sekolah, perpustakaan, internet dan lain-lainya. Apakah bangunan sekolah yang memadai telah sampai ke desa dan pelosok-pelosok tanah air? Apakah sekolah yang memadai itu telah memiliki perpustakkan yang notabenenya adalah gudang ilmu itu sendiri? Di era teknologi ini, apakah sekolah yang memadai itu telah bisa mengakses internet sampai ke pelosok-pelosok? Kalo ketiga pertanyaan ini sudah bisa dijawab dengan lugas maka bisa di jamin bahwa pendidikan Indonesia sudah maju beberapa tahap menuju pendidikan yang baik. Maka tema " Wujudkan Merdeka Belajar" sudah bisa dikatakan tidak relevan lagi karena infrakstruktur sekolah telah memadai. Artinya sekolah telah tersedia dimana pun anak-anak Indonesia berada bisa belajar  secara nyaman dan fokus. Kalo tidak maka "Wujudkan Merdeka Belajar" pastinya masih relevan dan harus terus menjadi fokus untuk diselesaikan. Namun harus menjadi prioritas utama. Artinya ada tenggang waktu yang dialokasikan untuk bisa menyelesaikan masalah ini harus ditetapkan, dimana seharusnya 62 tahun hardiknas sudah cukup untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Namun pada realitasnya masih banyak anak-anak Indonesia belum dapat menikmati pendidikan terutama anak-anak Indonesia yang berada di pelosok tanah air. Pemerintah harus menemukan cara yang strategis untuk bisa segera menjangkau mereka.

Kedua, kurikulum sekolah nasional, Ini juga harus menjadi prioritas kedua dari pemerintah untuk menetapkan kurikulum nasional yang baku guna menghasilkan anak didik yang berkualitas. Bangunan sekolah yang memadai tanpa kurikulum sekolah nasional yang baik maka itu juga bisa menjadikan pendidikan nasional pincang. Oleh karena itu, pemerintah juga khususnya menteri terkait harus segera mengodok dan menetapkan kurikulum standard dalam pendidikan nasional.  Dengan acuan kurikulumnya sederhana tetapi mampu menggali dan menciptakan anak didik yang punya karakter (character), percaya diri (confidence) dan skill atau kecakapan dalam bidang yang diminati, sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni dimasa mendatang.

Yang terakhir adalah sumber daya guru juga harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Pemerintah harus menyelaraskan antara bangunan sekolah, anak didik secara nasional dan jumlah guru. Untuk itu harus diadakan mapping terhadap jumlah sekolah yang memadai, jumlah guru dan jumlah anak didik secara nasional. Dengan adanya sinergis antara ketiganya maka kesejahteraan guru mulai bisa ditingkatkan dan jumlah guru honorer bisa dikurangi. Kesejahteraan guru ini sangat berpengaruh dalam kesuksesan pendidikan nasional. Pengajar yang berkualitas akan memiliki kemungkinan untuk menghasilkan anak didik yang berkualitas.  Jadi ketiganya sangat perlu untuk diperhatikan untuk bisa mewujudkan kesuksesan pendidikan nasional untuk kedepannya.

Berdasarkan tiga komponen yang telah diuraikan diatas, ternyata tema yang diusung Kemdikbud-RISTEK masih relevan untuk kondisi pendidikan nasional kita saat ini, dimana sangat bertolak belakang dengan usia pendidikan kita yang sangat matang yakni berusia 62 tahun, yang seharusnya tema itu tidak relevan lagi bila dilihat dari usia pendidikan nasional kita. Oleh karena itu, pemerintah harus segera menuntaskan masalah-masalah yang ada dan mewujudkan tema yang di usung kemendikbud-RISTEK  di hardiknas 2021 ini.  Dengan harapan pendidikan Indonesia bisa semaju pendidikan di negara-negara maju dan dilirik oleh negara-negara lainnya dan tema hardiknas 2021 tidak diusung lagi ditahun-tahun berikutnya. PTPH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun