Hakikat Berdemokrasi, apakah anda siap berdemokrasi sehat ?
Daripada sibuk mencari kesalahan para capres dan cawapres kita, lebih baik kita evaluasi diri kita, dan hal-hal yang menjadi tugas kita sebagai warga negara Indonesia. Cita-cita Nusantara adalah mempersatukan, jangan sampai Jenderal Gajah Mada dalam teruk sumpah Palapa menangis melihat insan-insan di bumi pertiwi Nusantara ini.
Orang yang berdemokrasi sejatinya menghargai pendapat orang lain dan menggagaskan usaha/ide dilematis yang belum jelas arahnya sehingga tercapai sebuah pembaharuan dan memudahkan pengambilan keputusan bagi dirinya secara individu maupun kelompok demi kesejahteraan bersama. (Eleanor 1884).
Jadi bagi anda yang suka berdebat tanpa arah, tidak memiliki tujuan dan menyebarkan fitnah, berarti anda sebenarnya tidak layak dikatakan sebagai insan demokrasi.
Begitu herannya kita sebagai sebuah bangsa berdaulat di atas Bhineka Tunggal Ika senada dengan artinya bahwa Keberanekaragaman adalah sebuah nilai yang patut dihargai dan dijunjung.
Mengapa banyak sekali yang mengangkat isu Agama seakan agama adalah sebuah komoditi yang busuk dan menjijikkan?. Mari kita bersepakat dalam hal ini bahwa agama apapun berhak memimpin di atas bumi nusantara ini. Jadi bagi anda yang sering menyebarkan fitnah-fitnah mengatasnamakan agama sebagai identitas pribadi adalah sebuah kesalahan mental. Seseorang bisa saja dicap sebagai pemeluk agama a atau b, tetapi hanya yang bersangkutan dan Tuhannya yang tahu. Jadi masih layakkan agama dijadikan sebagai komoditi bahan diskusi demokrasi?. Begitu pula dengan ras, suku, dan hal-hal lainnya yang melukai bumi pertiwi.
Motif mencurigakan yang sering dilontarkan para pendukung kadang-kadang bisa dibenarkan demi terbukanya singkap kebenaran. Adanya konfirmasi memperbolehkan masing-masing pihak memberikan sanggahan jika tuduhan itu salah sehingga kemudian diperiksa ulang dan tercapai kebenaran.
Namun tidak semua lontaran akan menerima sanggahan. Berdemokrasi akan menjadi sangat buruk jika semua lontaran yang diajukan tidak diperuntukkan untuk membuka singkap kebenaran namun semata untuk menjatuhkan lawan sehingga tidak berdaya. Pada tahapan ini, demokrasi bisa menjadi gagal karena kebaikan bisa tertutupi oleh isu-isu gelap yang tidak berdasar.
Baiklah, apa yang menjadi tugas kita sebagai warga Indonesia?.
Pertama, kita harus memperhatikan cita-cita Negara ini.
Kita megedepankan Hak Azasi Manusia, artinya Indonesia menginginkan Setiap manusianya dipandang sama rata, sehingga bermartabat dandiperlakukan manusiawi.
Lebih besar dari itu, bahkan Indonesia diharapkan mampu memjadi corong perdamaian bagi seluruh bangsa di Dunia. Kita mengakui setiap kebebebasan Individu yang taat Hukum, dan menentang segala bentuk Imperialisme. Inilah dasar dari Politik Internasional kita, tidak lebih tidak kurang.
Yang Kedua, Bagaimana cita-cita itu bisa tercapai?.
Kita memperhatikan bahwa pendidikan adalah sebuah pintu bagi semua marwah untuk bisa bangkit dan keluar dari ketidaktahuan.
Bahwa Ilmu pengetahuan dan wawasan memudahkan manusia karena cenderung terlepas dari pengambilan keputusan yang salah, dan perbuatan yang merugikan sesama manusia.
Seharusnya dalam berdemokrasi, yang kita cari adalah bagaimana seharusnya pendidikan kita dibangun, Apa sarana yang diperlukan dan bentuk pendidikan seperti apa yang dibutuhkan manusia-manusia Indonesia.
Kita tidak mencari kesalahan para Capres dan Cawapres kita, karena tidak akan menambahkan marwah bagaimana seharusnya Pendidikan akan dibangun di kemudian hari. Seandainya kita menghargai pencalonan Presiden kita, kita sebagai para pendukung satu pihak maka kita tidak sibuk menjatuhkan pihak lain, namun kita memperbaiki pilihan kita. Tugas berdemokrasi adalah memberi, memberi, dan memberi. Bukan menghujat. Faedah demokrasi akan hilang begitu saja.
Kita juga harus memperhatikan bahwa kesehatan, tempat tinggal, dan kehidupan yang layak termanifestasi dari kemampuan pemerintah untuk menyediakan semua layanan publik dan sarana prasarana yang memberdayakan ekonomi rakyat.
Terlepas dari kemampuan daya saing Indonesia, atau tidak. Sebenarnya hakikat dari semuanya adalah bagaimana Bangsa Indonesia mampu mensejahterakan rakyat Indonesia.
Para pendukung calon masing-masing tidak seharusnya saling menghujat lawan. Karena itu tidak akan menambah marwah mengenai ide-ide, dan gagasan-gagasan baik untuk membangun hal-hal di atas.
Kita sebagai manusia-manusia yang mengaku sebagai insan berdemokrasi, seharusnya menunjukkannya dengan investasi yang benar.
- Bertutur kata dengan baik.
- Memberikan ide, gagasan murni yang bertujuan untuk membangun.
- Menambah pengetahuan dan wawasan bagi diri sendiri.
- Melontarkan pertanyaan untuk menyingkap kebenaran tanpa motif individual dan kelompok
- Memberikan sanggahan dan verifikasi untuk menyampaikan kebenaran.
Selebihnya dari itu adalah Demokrasi yang bias dan tidak dapat dipakai demi kemajuan bangsa.
Mari kita maju dengan opini yang menyehatkan dan saling berbangga karena kita diberikan kesempatan dalam berpesta demokrasi memilih pilihan hati kita tanpa adanya batasan dari pihak manapun sesuai hati nurani.
Kita harus mengingat bahwa Para capres dan Cawapres kita adalah insan-insan terbaik bangsa. Terlepas dari segala tuduhan yang mengikuti para beliau dalam jejak pesta Pemilu tahun ini. Kita seharusnya berdemokrasi tidak untuk semakin memperburuk suasana dan saling melontarkan hujatan, namun mencari fakta dan memperbaiki diri sendiri.
Hidup Indonesia dan Katakan tidak pada Kampanye Hitam karena kampanye Hitam adalah titik terendah dari kemanusiaan.
Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H