Euforia keberhasilan Persib Bandung menjadi juara Liga Super Indonesia masih terasa di daerah Jawa Barat. Hampir seminggu berlalu, seantero Jawa Barat masih banyak memperbincangkan kemenangan Persib. Seolah-olah Persib lah satu-satunya pemuas dahaga insan sepak bola di tatar sunda ini. Ya hampir 19 tahun lamanya masyarakat Bandung dan Jabar menunggu terjadinya lagi hal ini setelah terakhir Juara Liga I di tahun 1995. Gol kemenangan dilesakan oleh Sutiono Lamso. Dibalik kesuksesan Persib ini, ada pertanyaan BESAR yang harus dijawab oleh insan bola di Jawa Barat, mengapa hanya PERSIB ? Kemanakah Persikab, Persikabo, Persika, Persipo...dan Per..Per..yang lain. Sungguh sangat ironis jika kita membandingkan dengan perkembangan sepak bola di Jawa Timur. Di era Perserikatan tahun 80 an, Jawa Timur HANYA ada 1 klub sepak bola yaitu PERSEBAYA yang tembus kasta Perserikatan Nasional yang notabene adalah musuh bebuyutan PERSIB. Dan seiring berjalannya waktu penggabungan Galatama dan Perserikatan mulailah bermunculan tim-tim Perserikatan yang "menjelma" menjadi klub profesional. Saat ini di ISL selain PERSEBAYA ada 4 klub lain yaitu PERSIK, PERSELA, PETROGRES (yang berubah nama Gresik United), dan PERSEPAM(terdegradasi). Di musim lalu juga ada Deltras Sidoarjo yang juga terdegradasi. Sebagai penikmat bola Indonesia dan kebetulan tinggal di Jawa Barat, saya sangat prihatin dengan hal ini. Mengapa di Jawa Barat tidak ada tim-tim lain yang bisa menembus ISL sebagai kasta tertinggi kompetisi di Indonesia? Apakah karena faktor:
- Dana
- Sumber daya manusia
- Pembinaan usia dini
Dalam tulisan ini saya mengambil perbandingan antara PERSELA dan PERSIKA Karawang, karena kebetulan saya asli Lamongan dan sekarang tinggal di Cikampek. Jika dana dianggap sebagai faktor utama kegagalan, saya pribadi kurang sependapat. Sebagai perbandingan sekitar tahun 2000 an PERSELA dan PERSIKA pernah satu group di divisi 1 Nasional. Jika melihat kondisi keuangan keduanya mungkin saya bisa mengibaratkan seperti bumi dan langit. Lamongan adalah daerah "minus" Kalau musim kemarau SANGAT SUSAH AIR dan kalau musim hujan BANJIR . Itulah sebabnya banyak putra daerah seperti saya merantau ke daerah lain, ada yang bekerja dan jadi pedagang pecel lele he..he..Bandingkan dengan Karawang adalah merupakan lumbung padi nasional dan mempunyai 4 kawasan industri dengan ratusan pabrik di dalamnya. Bisa dibayangkan APBD (waktu itu APBD bisa dialokasikan untuk sepak bola) kedua kabupaten tersebut. Jelas Karawang "lebih kuat" secara finansial. Tapi kenyataan berbicara lain. Persela semenjak promosi ke ISL sampai sekarang tidak pernah terdegradasi, bahkan di musim ini masuk ke babak 8 besar. Sedangkan Persika Karawang sekarang masih berkutat di divisi nasional. Dari sisi sumberdaya manusia (pemain sepak bola) Karawang pernah punya pemain top di era 90 an Neng Syaifullah (tetangga mitoha urang) yang pernah bermain di Petrokimia Putra Gresik. Dan dari sisi pembinaan banyak sebenarnya SSB-SSB juga bermunculan di daerah lumbung padi ini, salah satunya didukung penuh oleh satu BUMN. Tapi sepengetahuan saya belum bermunculan bibit-bibit anyar yang bisa muncul di permukaan. Sempat muncul Pelita Jaya Karawang yang merupakan pindahan dari Pelita Jaya Purwakarta (karena stadion Mulawarman dianggap tidak representatif), tapi itu pun tidak lama, dan sekarang sudah berganti nama Pelita Bandung Raya (PBR). Tapi PBR bukanlah klub asli daerah Jawa Barat.
Saya sangat berharap dengan keberhasilan PERSIB menjadi juara ISL 2014, menjadi pemicu bagi seluruh insan sepak bola di Jawa Barat untuk semakin terpacu serius menyusul menembus kasta tertinggi sepak bola nasional. Selamat buat PERSIB.....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI