“Besok sudah tahun baru lho!!!. Tahun baru hijriyah 1435 H.”
“Kok sepi-sepi aja, tidak ada kemeriahan atau pesta, juga tidak ada yang jual terompet .”
“Maksudmu tidak seperti perayaan malem tahun baru 1 masehi?”
“Ya, tidak meriahlah pokoknya. Tidak ada pesta kembang api juga tidak ada konser musik. Rasanya kok ada yang kurang. Kok bisa gini ya???”
“Kalo’ menurutku nich, semua itu emang gak perlu.”
“Lho, kok gak perlu?”
“Lha iya, kan pergantian waktu terjadi setiap saat. Itu alamiah bro,wajar sesuai sunnatullah (hukum alam). Demikian pula pergantian tahun.”
“Kalah meriah dong dengan peringatan malam taun baru yang biasanya”.
“Biarin aja, masalah buat loe???. Kalo gue sich, enggaakk lah yauww”.
“Trus kita ngapain dong??? Apa yang dapat kita lakukan untuk menyambut tahun baru hijriyah ini?”
“Para ustadz bilang, malam 1 Muharram adalah malam perenungan, alias introspeksi diri”.
“Apa yang direnungkan?”.
“Kamu tau sejarah nggak sich??? Tahun baru Hijriyah itu erat kaitannya dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad. Hijrah artinya perpindahan. Secara fisik dapat diartikan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Secara maknawi dapat diartikan perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. Dan secara agama dapat diartikan meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah SWT, dan menggantinya dengan melaksanakan apa yang di perintahkan Allah. Jadi pelajarannya adalah : Kita perlu menghijrahkan diri kita, dari malas menuju rajin, dari tidak tahu menuju tahu, dari dosa menjadi tobat. Gitu lho!!!” Jadi renungkan diri sendiri, apa yang kurang dari kiri kita, kita tingkatkan agar besok menjadi lebih baik.”
“Oooo, gitu ya???, Tapi kalo sekedar begadang bentaran sambil bakar jagung boleh kan???”
“Kalo itu sich aku juga mau, bakar ayam kayaknya lebih oke tuch!!!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H