Mohon tunggu...
Papang Dany Rumono
Papang Dany Rumono Mohon Tunggu... -

Ketika sebaya saya bermaindan bersenang-senang diluar sana. Saya menyendiri di kamar, menciptakan dunia sendiri di kepala saya...menciptakan konflik dan permasalahan di dunia itu..lalu menyelesaikan masalah2 tersebut...sendirian tentunya..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dwilogi Merapi : BALA TENTARA MERAPI #2

7 November 2010   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:47 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Taukah engkau apakah Wedhus Gembel itu? Sesungguhnya mereka adalah Bala Tentara Merapi.

Mozaik 1 : Bencana Maha Dahsyat

Dan akhirnya kekuatan maha dahsyat itu muncul.

Langit menghitam...

Halilintar menyambar bersautan...

Bumi bergemuruh...

Bumi bergetar hebat...

Awan panas putih pekat berebutan keluar dari Merapi...

Guguran lava pijar dan hembusan angin maha panas membuat apa yang dilaluinya menjadi abu.

Penduduk berhamburan menyelamatkan diri.

Banyak dari mereka menangis memandangi Merapi. Sang gunung agung yang selama ini memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi mereka

Terkejut bagi mereka melihat amarah Sang Merapi. Sang gunung bijak yang selama ini banyak memberikan pelajaran tentang kedamaian hidup dan petuah agar selalu dekat dengan alam.

Kekuatan maha dahsyat menyapu semuanya dan melewati pondok kecil tempat tinggal Abdi Dalem.

Semua musnah. Sang Abdi Dalemi beserta ribuan penduduk meninggal karena kedahsyatan kekuatan Sang Merapi.

Mozaik 2 : Wedhus Gembel

Wedhus Gembel begitu mereka akrab menamainya, tapi kami menyebutnya: Bala Tentara Merapi.

Pasukan berjumlah tak terbatas. Berbaju zirah putih dengan jubah melambai. Bersenjatakan Bayucakra Agni.

Pasukan perang Merapi berzirah putih pekat itu menyapu hampir semua wilayah disekitaran Merapi.

Entah kenapa Merapi menjadi semurka itu sekarang...apakah genderang perang antara Merapi dengan Pantai Selatan sudah ditabuh?

Bukan rahasia lagi kawan...perselisihan antara Merapi dengan Pantai selatan.

Empat tahun lalu Pasukan Pantai Selatan sukses memporakporandakan kota dengan guncangan yang maha dahsyat.

Kini giliran Bala Tentara Wedhus Gembel menyapu lereng-lereng serta menghujani kota dengan hujan abu nya.

Mozaik 3 : Jengah

Sudah terang sekarang...kenapa Batara Guru menciptakan Merapi yang letaknya sama jaraknya sejauh Pantai Selatan dengan Kraton. Kenapa diberikan olehnya kekuatan dan kesaktian maha dahsyat itu. Tak lain untuk menandingi Pantai Selatan dan agar bisa menjadi penasihat Kraton agar tidak selalu condong ke Pantai Selatan.

Kali ini nampaknya Merapi telah murka. Entahlah mengapa ia mengerahkan pasukan berjirah putih pekat itu untuk menghancurkan semuanya, bahkan seorang Abdi Dalem Kraton pun tak luput dari pasukan itu, padahal selama ini ia menjadi penghubung antara Merapi-Kraton dan Merapi-rakyat.

Sudah terang sekarang...kenapa Merapi semurka itu. Kenapa dikirimkannya bala tentaranya, kenapa sampai Abdi Dalem setia itu ikut dibunuhnya. Tak lain karena Merapi jengah dengan sikap Penguasa Kraton. Jengah karena penguasa itu telah melupakan apa yang telah dilakukan oleh leluhurnya. Yaitu sumpah setia untuk memimpin dan melayani rakyat kerajaan. Merapi jengah penguasa sekarang mempunyai ambisi lain, yaitu menginginkan kuasa yang lebih besar, yaitu kuasa atas khayangan. Entah siapa yang mempengaruhinya? Pantai Selatankah? Entahlah...jika itu terjadi maka perhatian Penguasa itu akan terbelah antara mengurusi Kraton dengan mengurusi Khayangan. Dan rakyat akan diabaikan...

Diutuslah oleh Merapi Abdi Dalem itu untuk menghadap Kraton agar ia menyampaikan isi pikiran Merapi.

Tapi bagi penguasa sekarang, Merapi hanyalah seonggok gunung yang diberi titah hanya untuk menghidupi dan memberi kemakmuran rakyatnya. Bukan memberi petunjuk apalagi yang dapat menghalangi ambisi Sang Penguasa.

Mozaik 4 : Tangisan Pilu

Maka hari itu Merapi mengutus Bala Tentara untuk menarik perhatian Penguasa Kraton.

Anda tau? Merapi melakukan itu dengan air mata berlinang...

Bahkan ia tidak sanggup menyaksikan ketika pasukannya menerjang pondok kecil milik Abdi Dalem yang selama ribuan tahun setia menemaninya...

Abdi Dalem yang mengorbankan nyawanya ketika ada orang-orang jahat yang ingin merusaknya.

Abdi Dalem yang berjasa melestarikannya agar ia tetap elok dan seimbang dengan kehidupan para penduduk.

Sungguh menyayat hati bagi Sang Merapi.

Tangisan pilu Merapi pun terdengar

Ketika mendengar jeritan-jeritan kecil anak-anak yang terpisah dari orang tuanya...

Ketika tangisan pecah melihat keluarganya mati oleh terjangan pasukannya..

Ketika teriakan-teriakan pilu menahan panasnya kekuatannya...

Merapi pun menutup telinga...

Menangis...dan menangis...

Hening....

Terlalu hening...

-------------------------------

Mozaik 5

Semua sudah berakhir...

Terpaku Merapi melihat semuanya...

Hancur sudah...

Musnah sudah...

Ribuan mayat bergelimpangan...

Ia telah mengorbankan rakyat yang begitu sangat mencintainya...

Tapi ia yakin bahwa apa yang telah ia perbuat tidak sia-sia

Karena ketika dibalik mata yang terpejam dan berlinang...

Ditengah telinga tertutup ketika bencana terjadi tadi...

Sayup-sayup ia mendengar dan samar-samar ia melihat Penguasa Kraton menangis pilu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun