Mohon tunggu...
papa.lius
papa.lius Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penggiat Media Sosial
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Travelling, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Hujan Malam

29 Desember 2022   18:52 Diperbarui: 29 Desember 2022   19:04 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hujan Malam (sumber foto-pixel.com)

Aku pernah memiliki seseorang yang juga memiliki aku. Wajah kita begitu dekat, hingga bisa mendengar napas masing-masing. Tubuh kita begitu dekat, hingga bisa mendengar detak jantung masing-masing. Jemari kita begitu dekat, hingga hampir tidak ada kesempatan bagi sela-selanya untuk terasa kosong. Namun, semuanya berubah sekejap mata. Setelah pesan singkatnya menyapa pagiku. Aku yang saat itu belum mengumpulkan nyawa dengan sempurna, terhentak sejenak setelah membaca pesan itu.

"Maaf, aku minta kita udahan. Aku sudah dijodohkan dan seminggu lagi aku akan menikah. Aku akan mengirimkan undangannya nanti. Aku harap kamu datang. Sekali lagi, aku minta maaf dan aku harap kamu melupakanku."

Darahku terhenti. Detak jantungku? Entahlah masih berdetak atau tidak. Tubuhku membeku. Mataku mencair.

Dan ibu yang entah datang sejak kapan. Tiba-tiba saja memeluk menenangkan ku.

Aku berusaha bijak pada kehidupan. Menerima dan mengambil hikmahnya. Mungkin saja, ini cara Tuhan untuk berkata,

"Aku telah memilih kan seorang yang lebih baik untukmu. Jadi berusahalah ikhlas. Meski sedikit sulit."

Kemudian, aku putuskan untuk merekam semuanya lewat tulisan. Agar kelak, jika aku merindukanmu. Aku bisa membaca tulisan ini kembali dan tidak jadi merindukanmu.

Untuk kamu, sia sia pun kamu, yang memaksa tulisan ini terabadikan. Kamu pernah memintaku berpindah hati segera. Seolah mengatakan bahwa, cintaku hanya biasa saja. Kamu pernah memintaku menghadiri acara dan menyaksikan seseorang memakaikan cincin di jari manismu. Kemudian mengecup sayang keningmu. Apa yang kamu pikirkan tentang hal itu? Setidak berhati itukah kamu? Atau aku yang tidak tahu diri dari dulu?

Aku mencintaimu dengan nyata.

Kamu mencintaiku dengan seadanya.

Hari itu,
Kamu bahagia. Dia bahagia. Kalian bahagia. Semuanya bahagia. Sementara aku? Binasa. Hancur tak bersisa bersama kepingan asa.

Hujan Malam Ini, 29 Desember 2022.
-
-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun