Idul Fitri merupakan momen yang dinanti-nantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran adalah menyajikan hidangan khas daerah sebagai pelengkap kebersamaan di hari yang fitri. Di Sulawesi Selatan, buras atau burasa' menjadi sajian istimewa yang selalu hadir di meja makan saat Idul Fitri. Buras tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kehangatan, kebersamaan, dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Asal Usul dan Filosofi Buras
Buras adalah makanan khas suku Bugis dan Makassar yang terbuat dari beras yang dimasak dengan santan dan sedikit garam. Beras yang telah dimasak kemudian dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan tali rafia atau tali daun pisang. Setelah itu, buras dikukus hingga matang. Bentuknya yang pipih dan memanjang mencerminkan kesederhanaan, namun memiliki makna mendalam tentang kehidupan yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong.
Dalam tradisi masyarakat Bugis dan Makassar, buras memiliki filosofi kebersamaan dan solidaritas. Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelatenan dan kerjasama antar anggota keluarga mencerminkan nilai gotong royong dan kekeluargaan yang kuat dalam budaya Sulawesi Selatan. Menurut beberapa tokoh adat, buras melambangkan persatuan karena beras yang terikat kuat dalam balutan daun pisang diartikan sebagai simbol eratnya ikatan keluarga dan masyarakat.
Proses Pembuatan Buras
Pembuatan buras tidak bisa dilakukan secara instan. Diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam setiap tahap pembuatannya. Berikut adalah tahapan dalam membuat buras:
Menyiapkan Beras dan Santan
Beras dicuci bersih dan direndam selama beberapa jam agar teksturnya lebih lembut. Kemudian, beras dimasak dengan santan dan garam hingga setengah matang. Santan yang digunakan akan memberikan rasa gurih khas pada buras.Membungkus Beras dengan Daun Pisang
Setelah setengah matang, beras dibungkus dengan daun pisang yang telah dibersihkan. Proses ini membutuhkan ketelitian agar buras terbungkus dengan rapi dan tidak bocor saat dikukus.Mengikat Buras
Setelah dibungkus, buras diikat dengan tali rafia atau tali daun pisang. Biasanya, buras diikat berpasangan agar mudah diangkat dan disajikan.Mengukus Buras
Buras yang telah diikat kemudian dikukus selama 2--3 jam hingga matang sempurna. Proses pengukusan yang lama bertujuan agar beras dan santan menyatu dengan sempurna, menghasilkan rasa yang gurih dan tekstur yang lembut.
Buras Sebagai Hidangan Wajib Lebaran
Di Sulawesi Selatan, buras menjadi hidangan wajib yang disajikan saat Lebaran. Biasanya buras disantap bersama coto Makassar, opor ayam, pallubasa, atau sambal goreng hati. Kombinasi rasa gurih dari buras dan kuah rempah dari hidangan pendamping menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan.
Masyarakat Bugis dan Makassar percaya bahwa menyajikan buras saat Idul Fitri adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur dan simbol rasa syukur atas rezeki yang diterima selama bulan Ramadan. Buras juga dianggap sebagai simbol keberkahan dan kemakmuran.