Mohon tunggu...
Faiz Ridhal Malik
Faiz Ridhal Malik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED Purwokerto dan menjajal dunia media massa sedari dini.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Persaingan Politik Indonesia yang "Argumentum ad Hominem"

14 Juni 2012   22:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Sumber: http://jazzroc.files.wordpress.com

[caption id="" align="aligncenter" width="397" caption="Ilustrasi, Sumber: http://jazzroc.files.wordpress.com"][/caption]

Beberapa waktu yang lalu di sebuah talkshow besar yang disiarkan oleh salah satu saluran teve berita menunjukan ketegangan diskusi yang saling melempar argumen. Seru memang, ketika melihat orang beradu pikiran untuk mempertahankan pendiriannya. Tapi bagaimana jika balasannya diluar pernyataan yang tidak mengenakan hati?

Dalam acara itu sedang membahas sebuah partai politik besar yang sedang tersangkut kasus korupsi dan membawa narasumber dari Cilacap sebagai pembela dari pihak partai. Tapi apa yang terjadi? Bukannya menepis pernyataan si pembela, tetapi pihak lawan partai malah mencari fakta-fakta jelek soal pembela tersebut bahkan mengejek secara fisik. Ditambah lagi kedua pengacara dari masing-masing pihak saling mengejek satu sama lain. Bagi kita yang berada di balik layar kaca mungkin seru, tapi bukankah kita malu melihat masyarakat kita tidak sehat dalam berargumen politik?

Kini kondisi perpolitikan Indonesia sedang carut-marut melihatbanyaknya pesta politik (yang seharusnya untuk) rakyat yang semakin sering terjadi. Tengok saja Pilkada DKI yang mendekati ujung dan hingar-bingar isunya terdengar sampai ujung nusantara. Belum lagi pemilihan presiden yang deadline-nya hanya menghitung bulan saja. Hal ini membuat persaingan politik di indonesia semakin ketat dan terus memadat.

Aktualitas kondisi perpolitikan diatas memungkinkan adanya upaya menjatuhkan pihak lawan dalam mencapai kemenangan, bahkan dengan cara yang sedikit menganggu sekalipun. Argentum ad Hominem yang menekan argumen terhadap pribadi lawan bicara dan bukannya menepis pernyataan lawan semakin sering terlihat. Contohnya kasus dimana ramai tersebar selebaran mengenai buruknya  pemerintahan Jokowi di Solo. Hal itu menunjukkan bahwa pihak lawan dari Jokowi tidak mampu menepis pernyataan Jokowi langsung dan lebih memilih untuk mencari cara lain demi menjatuhkan lawan meskipun dengan pernyataan yang menusuk pribadi lawan.

Kondisi tersebut pada umumnya didasari pada kedewasaan berpikir dalam berpolitik. Pendidikan politik juga menjadi bagian utama bagi para stakeholder ataupun komunikator politik. Namun ramai juga beberapa waktu yang lalu mengenai gagalnya partai politik dalam mendidik kadernya mengenai etika dan kesehatan berpolitik. Jika selalu seperti ini tidak bisa dipungkiri bahwa kelak komentar-komentar pedas dan tajam menusuk pribadi akan sering kita dengar. Kekanak-kanakan bukan? Ya, karena berpolitik itu butuh kedewasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun