Mohon tunggu...
Faiz Ridhal Malik
Faiz Ridhal Malik Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED Purwokerto dan menjajal dunia media massa sedari dini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Maha"+"Siswa"=...?

26 Februari 2011   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:15 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Hei! Gue udah jadi "MAHASISWA" dong!!"

Mahasiswa. Ya, istilah itu sering diartikan sebagai pejuang cendikia yang bernaung dalam suatu instansi pendidikan tingkat tinggi. Entah mengapa banyak yang merasa dirinya "hebat" dengan tag "MAHASISWA" di dadanya. Apalagi bagi kita yang disebut sebagai "MaBa" atau akronim lain dari "Mahasiswa Baru". Sebenarnya apakah yang unik dari status sandangan tersebut? Apakah itu suatu "selebrasi" akan kebebasan kita yang kurang lebih selama 12 (dua belas) tahun kita mendekam dalam peraturan keseragaman berpakaian? Tapi, apakah hal itu juga kah yang memantik kita untuk berbuat bebas tanpa batas bagi sekitar kita?

"Is, kok elo nulis yang beginian sih?! Apa gak ada yang lain di otak lo?"

Entahlah, mungkin ini hanya iseng belaka. Atau bahkan ini adalah cerita batin yang sulit untuk ku ceritakan pada mahasiswa lain karena pemikiran saya yang jauh berbeda dengan agak "merendahkan" martabat mahasiswa.  Dan perlu diingat, ini hanyalah pandangan saya secara pribadi dan tidak ada maksud lain untuk memprovokasi Anda dan saya sendiri sebagai mahasiswa. Jadi, jika Anda (pembaca) mengakui bahwa dirinya adalah "mahasiswa sejati", tentunya akan bisa bertoleransi dengan apa yang akan saya kemukakan.

"Jadi, gimana menurut lo is?"

Mahasiswa, jika kita mengenal lebih dekat apakah arti kata "maha" dan disusul dengan kata "siswa" kita pasti akan tercetus bahwa mahasiswa adalah siswa yang "maha". Maha di sini tentunya bisa berupa sikap yang dewasa, bobot tugas yang lebih besar, kredibelitas yang semakin dituntut dan berbagai hal lainnya. Dengan ukuran "sekolahan" yang bisa lebih dari satu hektare, tentunya akademisi yang menuntut ilmu itu berhak untuk mencantumkan kata "maha" di dadanya. "Tapi, seperti apakah mahasiswa kita saat ini?" Itulah yang menjadi keprihatinan bangsa ini khususnya di bidang edukasi dan akademisi. Predikat siswa yang maha seolah bergeser menjadi puing atas produk kinerja bangsa. Kritisasi mahasiswa saat ini begitu memalukan. Bukan karena aksi menuntut kita, tapi lebih kepada egoisme kita dan tidak bisa menerima kritikan balik sebagai feedback atas aksi ktitik kita pada suatu hal. Belum lagi, banyak dari aksi-aksi mahaiswa kita yang mau tidak mau, pasti tidak pasti akan berujung pada kerusuhan, pemberontakan, yaa setidaknya tidak jauh dari aksi anarkis dan vandalisme. Di sisi lain, saya sering melihat yang terlalu cepat mengambil dekisi akan suatu hal. Kebanyakan dari teman atau senior kampus yang saya ajak bicara, kita terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa melihat aspek "B", "C" atau "D" dari persoalan yang sedang kami bahas. Kebanyakan dari  kita memiliki pemikiran yang terhanyut oleh arus informasi yang sudah diarahkan dan tidak mau berlelah-lelah mencetuskan ide-ide baru dari ilmu yang kita dapat untuk mencari dimensi pemikiran yang berbeda. Dalam kasus lain, sesuatu yang berbau "kritis" juga banyak yang memiliki perspektif "cool", "keren", "hebat" dan yang lainnya. Hal ini mulai saya lihat ketika OSMB atau kita lebih mengenalnya dengan OSPEK disaat ada beberapa UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa. Yang saya perhatikan, ada salah seorang senior saya yang hampir di setiap UKM selalu terpampang. Entah itu olahraga, jurnalistik, hingga ke BEM selalu saja muncul. Tapi setelah saya survey kembali, seorang senior saya itu hanya mengikuti satu UKM dan di dalamnya itu dia bukanlah anggota yang aktif berkontribusi di dalamnya. Mulai dari sanalah saya mulai berpikir bahwa "Inikah Mahasiswa?" Pengalaman lain datang dari salah satu teman sekelas saya di kampus. Saya perhatikan dari cara dia berpikir dan menganalisis suatu masalah, dia bersikap seperti layaknya mahasiswa biasa yang "adem-ayem". Namun setelah dia mengikuti salah satu UKM yang disediakan sebagai wadah ekspresi mahasiswa di dalamnya, pemikiran teman saya perlahan berubah ke arah kritis dan seakan menuntut lebih kepada orang lain. Bukan hanya kepada pihak Fakultas atau Jurusan yang hingga kini masih dalam taraf wajar, tapi sikapnya mulai merambah ke teman-teman sekelasnya.

"Lho kok gitu!? Elo kali yang jelek, jadinya dia gak suka dengan ketidaktampanan lo..."

Entah bagaimana caranya dan dengan maksud seperti apa, Seakan akan dalam UKM tertentu ada semacam upaya "pencucian otak" yang mengikat dan menjadi identitas yang "keren" dari UKM tersebut. Sikap kritis bukanlah tujuan suatu perbuatan, bukan? Sikap kritis itulah suatu proses bagi kita untuk mencapai produktivitas di kampus, bahkan dalam aspek lainnya. Jika perlu kita setarakan, tentunya akan sulit menyamaratakan keberhasilan kinerja suatu hal yang kita tuntut ketimbang keberhasilan yang telah kita raih. Mayoritas beban akan tertuju ke banyaknya tuntutan kita akan suatu hal. Kasus akan hal ini juga terjadi pada diri saya yang ketika itu sedang mengutarakan pendapat saya tentang Organisasi Pemuda Hijau di kampus. Salah seorang teman saya menanggapi ide saya dengan begitu antusias dan optimisme akan terwujudnya hal itu. Namun, tak lama kemudian teman saya yang sebelumnya sudah saya ceritakan itu menghampiri saya dengan perkataan yang sangat mematahkan semangat. "Hahh! Ngapain bikin kayak gituan!? udah lah... ikut *menyebutkan UKM-nya* aja..."

Apakah itu produk dari pemikiran "mahasiswa" kita?

Perlu di ingat, tulisan ini hanyalah "unek-unek" saya yang nekat saya publish di internet. Saya mohon maaf jika ada beberapa atau bahkan semua pihak yang tersinggung dengan tulisan saya ini. Saya hanya mengungkap apa yang saya rasakan dan tidak ada maksud memprovokasikan mahasiswa. Ingat, saya juga adalah mahasiswa. Saya tidak ingin tulisan saya dijadikan sebagai acuan untuk gambaran mahasiswa secara umum karena bukan untuk itulah saya menulis ini. TERIMA KASIH *PS: Untuk entri saya yang selanjutnya, saya akan mencoba menulis berbagai materi perkuliahan saya dan kehidpuan saya yang "pantas" untuk di publish. Selain buat bahan ajar bagi pembaca sekalian, entri mengenai materi perkuliahan juga akan menjadi transkrip data untuk saya pribadi. Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun