Selama dua minggu terakhir, Pak Beye memusatkan kegiatan pemerintahannya dari Puri Cikeas, terlebih saat sekarang sedang sibuk untuk mengocok ulang Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2B.Rakyat yang melek politik, tentu memonitor berita terbaru dari Puri Cikeas.
Beda dengan Pak Harto, kawasan peternakan Tapos dijadikan tempat pertemuan informal, biasanya dengan himpunan pengusaha ataupun kelompok yang tertarik dengan peternakan sapi dan pengolahan limbah. Tapos, menurut para pengamat sosial & politik, adalah tempat dimana Pak Harto mengekspresikan dirinya secara bebas (istilah sekarang : membangun citra) sebagai anak desa yang sangat menguasai pertanian dan peternakan. Kediaman pribadi Pak Harto di JL. Cendana juga dipakai sebagai tempat kegiatan pemerintahan, terlebih saat genting di ujung kekuasaan.
Adalahmenarikketika Puri Cikeas dijadikan sebagai tempat kegiatan pemerintahan. Saat membentuk Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 1(A), Pak Beye memulainya dari Cikeas, melakukan assessment, layaknya menginterview calon CEO yang akan memimpin operasi suatu departemen. Dan saat ini lebih intens lagi.
Dari sisi kepraktisan, bekerja di rumah lebih praktis dan lebih bebas mengekspresikan diri dan mungkin lebih produktip. Perjalanan dari Puri Cikeas ke Istana Negara, katakanlah sekitar 1 jam. Pulang pergi Puri Cikeas – Istana Negara – Puri Cikeas waktu yang terbuang 2 jam. Bagi seorang presiden dengan rakyat lebih dari 200 juta, waktu 2 jam adalah waktu yang super bernilai.
Tetapi kenyataan berbicara lain, hingga saat ini formasi KIB jilid 2B belum juga menunjukkan hasil, bahkan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya yang muncul : bertambahnya jumlah Wakil Menteri.
Tetapi ada pesan Pak Beye yang belum dikaji oleh para pengamat sosial politik, hukum. Karena hingga saat ini tidak ada atau belum ada suatu pernyataan resmi dari pemerintah, apakah Pak Beye sekarang ini sedang dalam status bekerja atau cuti saat berada di Puri Cikeas.
Mengapa Pak Beye harus bekerja dari kediaman pribadi Puri Cikeas, untuk menetapkan para menteri kabinet. Apakah ingin memperlihatkan 'power' dari sebuah keluarga.
Apakah Pak Beye merasa lebih berkuasa di Puri Cikeas ketimbang di Istana Negara.
Disadari bahwa kediaman Puri Cikeas adalah milik pribadi atau keluarga, sementara Istana Negara milik Negara yang hanya dipakai saat menjadi presiden saja.
Apakah Pak Beye walaupun tidak berkuasa lagi, nanti akan mengendalikan pengaruhnya lewat Partai Demokrat dari Puri Cikeas, layaknya seorang Sultan atau Raja yang terus berkuasa. (Sama seperti Sultan HB X bila tidak berkuasa lagi sebagai Gubernur DIY, tetapi bisa mengendalikan rakyat Yogya untuk tetap ‘mencoblos’ Calon Gubernur DIY pilihan Sultan yang sangat dihormati oleh masyarakat Yogya). Apalagi 'bola' untuk pilpres 2014 sudah ditendang : Aburizal Bakri akan disandingkan dengan Pramono Edhie Wibowo.
Tanda-tanda Puri Cikeas sebagi pusat kekuasaan baru, secara de facto sudah dideklarasikan, walaupun secara de jure (mungkin) belum dinyatakan dalam Lembaran Negara sebagai salah satu tempat kepala pemerintahan mengambil keputusan penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H