Â
Bu, setiap kasih yang engkau curahkan adalah oase di tengah kegersangan. Pengorbanan yang engkau berikan adalah kesetiaan tanpa imbalan. Wajah dengan sejuta senyuman adalah pelajaran tentang sebuah ketulusan, arti tentang keikhlasan, tanda bagi sebuah syukur dan ketabahan. Semua itu, kini bergumpal menyesakkan dalam diri anakmu. Sesak akan kerinduan yang mendalam. Kerinduan yang tak terperikan. Kerinduan akan pertemuan. Kerinduan sebuah dekapan, pelukan, hangat kasih sayang. Aku rindu. Ibu.
Â
Bu, aku tak ingin Ibu menangis. Aku tak ingin Ibu susah lagi. Aku tak ingin Ibu lebih banyak menderita. Biarlah anakmu berjalan dengan kakinya. Kelak ia akan menyusur kembali jalan ke rumah. Jalan menuju tempat ia bermula. Tempat ia pertama mendapatkan air susunya. Tempat ia dulu bermanja. Tempat ia menumpahkan airmatanya. Tempat itu adalah pangkuanmu. Pangkuan Ibu. Ya, pangkuanmu. Ibu.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H