Mohon tunggu...
Paoezan Sept.
Paoezan Sept. Mohon Tunggu... Petani - petani

Suka duduk, tapi lebih senang berjalan. Aku bilang untuk menghilangkan Jenuh...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suatu Hari di Hari Santri

23 Oktober 2015   23:07 Diperbarui: 23 Oktober 2015   23:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Presiden Jokowi Menunaikan salah satu Janjinya kepada para santri dan seluruh halayak yang endengar janjinya saat kampanye setahun lampau. Menjadikan satu Muharram sebagai hari santri. Tepatnya, setelah melalui perdebatan panjang, maka tanggal 22 oktober menjadi hari santri. Hari yang dipilih bertepatan dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan Oleh Hadrotussyeikh Hasyim Asy’ari untuk melawan agtresi militer oleh penjajah tujuh puluh tahun lalu.

Hari santri merupakan salah satu bentuk penghargaan pemerintah kepada para santri dan pesantren, dan semua yang masuk dalam definisi santri turutlah berbahagia dengan pengharagaan ini. Namun, di balik penghrgaan ini apa yang menjadi penting untuk keberadaan santri hari ini, dan bagi kemaslahatan bangsa di masa-masa yang akan datang. Santri sebagai pelajar yang menuntut ilmu di pesantren-pesatren mempunyai peran penting bagi perjalanan kebangsaan kita. Bergerak di dunia pedidikan, santri adalah mereka yang akan menjadi seorang yang terpelajar. Dan kelak akan melanjtukan estapeta perjuangan bangsa.

Hari-hari belakangan beberapa kasus kerusuhan mengoyak kebhinekaan bangsa kita. Perusakan rumah ibadah, pengusiran kelompok-kelompok minoritas, dan sentimen-sentimen yang bernada rasis. Hal ini merupakan satu kenyataan yang kita hadapi, demokrasi yang kita hadapi setelah reformasi tidak semerta-merta menghapus sekat-sekat agama, suku, dan mazhab. Permasalahan-permasalahan yang hadir membutuhkan

satu perhatian serus yang kemudian ditindaklanjuti dengan solusi-solusi yang bisa merekatkan kembali kebangsaan kita. Lebih dari seabad silam seluruh elemen pemuda di penjuru negri ini bergabung dan berikrar dalam satu kesepakatan dan kesadaran bersama tentang sebuah persatuan. Hal ini terabadikan dalam sebuah hari yang disebut dengan hari sumpah pemuda. Hari dimana seluruh perkumpulan pemuda berikrar mengaku bertanah air satu, tanah air tanah air indonesia, bersatu dalam satu bangsa, bangsa indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni bahasa indonesia.

Hari ini, dalam satu moment yang berdekatan, hari santri dan hari sumpah pemuda, kita lalu bertanya, masihkah semua persatuan di atas kita junjungi dan kita sepakati bersama. Atau persatuan bangsa, tanah air dan bahasa, hanya berada dalam imaji dan bayang-banyang kita semata. Kita tak pernah tahu hingga hari ini.

Jika hendak menelusur lebih jauh, berapa banyak generasi kita hari ini yang tidak tahu kota-kota terdekat dari tempat mereka tinggal, berapa banyak dari mereka yang masih menertawakan bahasa daerah yang mereka dengar, berapa banyak dari mereka yang hanya mengunggulkan suku mereka semata dan menganggap suku lainnya rendah dan primitif, berapa banyak dari generasi hari kita hari ini tidak tahu bahwa indonesia itu beragam dan keberagaman itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin, dominasi mayoritas atas minoritas, narsisitas indentitas, dan hal hal lainnya akan merusak apa yang selama ini kita gaungkan sebagai persatuan, eka dalam kebhinekaan, akan musnah, rusak, dan perpecahan akhirnya menjadi satu keniscayaan yang mengambang hadir di depan kita.

Santri dan pesantren, merupakan satu bagian penting untuk mewujudkan rasa tenggang rasa, teposliro, hormat menghormati, harga menghargai, dalam kehidupan berbangsa. Sederhananya, pesantren adalah tempat belajar para santri yang datang dari bergama macam daerah, suku, adat, bahasa, dan dengan kemajemukan inilah kemudian santri sedari dini mengerti dan tahu tentang perbedaan dan petingnya menghormati keberagaman.

Akhirnya, di hari santri yang perdana ini, pemerintah diharapakan betul-betul bisa hadir dalam kehiduan pesantren. Perhatian ini, tidak berhenti dengan hanya memberikan mereka satu hari untuk diperingati. Lebih dari itu pemerintah dapat memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan, kemajuan, dan masa depan santri dan pesantren. Dan di bulan yang dicanangkan sumpah pemuda ini, generasi-generasi muda kita dapat meneladani ikrar serta persatuan yang pernah dicanangakan lebih dari satu abad silam. Wallahua’alam bisshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun