Setelah begitu lama, apa yang ditunggu rakyat Indonesia, sambil disiksa oleh hiruk pikuk politik dan perebutan kepentingan di parlemen, akhirnya datang juga: pidato pengakuan kekalahan Prabowo Subianto.
Saya perlu meneybutkan bahwa "pidato" ini saya dapatkan dari akun Facebook resmi beliau. Jika ada yang punya link rekaman beliau membacakan ini, di YouTube atau di manapun juga, saya akan sangat berterima kasih. Tetapi untuk sementara saya anggap sumber ini cukup dipercaya.
Saya tertarik untuk membandingkan pidato Prabowo dengan pidato mantan capres AS, John McCain, yang dikalahkan Barack Obama dalam pilpres AS tahun 2008 silam. Saya membandingkan ini bukan karena pro-Amerika atau apapun juga, tetapi semata karena inilah satu-satunya pidato pengakuan kekalahan yang pernah saya dengar, dan menurut saya sungguh inspiratif. Walaupun saya sependapat bahwa McCain tidak layak menjadi presiden AS, tetapi dari kata-kata pilihannya, saya dapat menyimpulkan bahwa beliau adalah negarawan besar yang tak perlu diragukan kehormatannya.
Baiklah mari kita bandingkan pidato kedua mantan capres ini. Karena cukup panjang, tidak mungkin saya salin semua ke dalam artikel ini, jadi saya salin ke blog saya. Berikut adalah pidato Prabowo: http://saint-anarchistus.tumblr.com/post/100242377531/pidato-prabowo-17-10-2014
Dan ini adalah pidato McCain yang sudah saya terjemahkan: http://saint-anarchistus.tumblr.com/post/100242454016/pidato-john-mccain-pasca-pilpres-as-2008
Untuk sumber aslinya dalam bahasa Inggris: http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=96631784
Kita hanya akan membahas beberapa poin penting sebagai pembanding.
1. Pembukaan:
Dalam paragraf pertama, Prabowo sudah mengawali pidatonya dengan mengingatkan pendukungnya betapa sakitnya dicurangi oleh sistem pemilu. Bahkan di paragraf kedua, lagi-lagi ia menyinggung hasil pemilu ini sebagai "intervensi asing" yang ingin memecah belah rakyat dan menunjuk dirinya sendiri sebagai penjaga persatuan bangsa.
Sementara itu McCain mengawali pidatonya dengan ucapan selamat yang jelas kepada Obama. Bukan hanya memuji kehebatan lawannya, ia pun dengan tegas mengakui kedaulatan rakyat yang telah memilihnya.
Prabowo membuka pidatonya dengan menyalahkan situasi, dan menganggap rakyat terlalu bodoh sehingga mau saja disakiti dan dipecah belah, bahkan tergantung pada bangsa asing. Tidak ada ucapan selamat pada lawannya sama sekali. Sementara McCain bukan saja memuji lawannya, bahkan ia mengakui peran aktif rakyat. Ia sama sekali tidak menyinggung perbedaan pilihan, apalagi sampai perpecahan; baginya, rakyat AS adalah tetap satu kesatuan.