Lho, lho, lho. Malaysia. Memangnya leluhur kita sama ya, kok warisannya juga kau (merasa) miliki! Memangnya sejarah prasejarah kita nggak beda apa, kok berani-beraninya mengaku-aku tarian itu milik kamu. (Juga!). Mula-mula reyog, lalu tor tor dan gordang sambilan.
Dan ambisi pengennya memiliki milik saudara sendiri (kalau kau masih nganggap kami saudara serumpun sih) seperti itu, kayaknya dipicu oleh masalalumu yang selalu kalah dari kami, ya kan? Sehingga saat ini kauaktualisasikan dendammu dalam bentuk-bentuk berani melawan seperti berulang-ulang telah kaulakukan. Pulau Sipadan dan Ligitan contoh lainnya.
Di sisi lain, aku tahu sesuatu, bahwa munculnya keberanianmu itu sedikit banyak juga karena pengetahuanmu tentang negaraku. Kalau ditandingkan kaumerasa menang segala-segalanya saat ini. Hebat ya dirimu.
Tetapi sebagai pewaris warisan leluhurku (syukur-syukur kalau leluhurku ini leluhurmu juga) mana ada sikap diam tenang pasrah mengalah. Tidak lah! Sungguh. Mau bukti, tunggu !
Gerah yang demikian menjarah seluruh kenyamanan tubuh, pelahan musnah.
Ponorogo, 18 Juni 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H