Sampai berakhirnya tahun ajaran 2011/2012 ini, tak dapat dipungkiri kalau ternyata pemerintah masih terus menghargai tinggi guru-guru yang berhasil menaikkelaskan semua muridnya atau meluluskannya seratus persen. Memangnya mau prestasi yang bagaimana?
Selama ini Pemerintah tidak menyeimbangkan dalam cara mengajari para stakeholders pendidikan tentang prestasi murid. Pemerintah hanya suka menunjukkan apresiasi tinggi terhadap murid peraih nilai-nilai puncak dalam ujian nasional, misalnya. Sementara itu, proses pencapaiannya diabaikan, karena hanya diungkapkan sesekali sehingga sangat tidak sejajar dengan pemberitaan ihwal capaian hasil nilainya.
Jadi kalau keberhasilan murid juga dihargai sebagai keberhasilan gurunya, maka seberapa harga guru akan setinggi harga keberhasilan muridnya dalam meraih nilai maksimal.
Tapi saya menyaksikan sendiri, betapa guru-guru di suatu sekolah menjadi kecewa dengan hasil nilai ujian nasional muridnya, padahal perolehannya tinggi-tinggi. Ini disebabkan oleh kacaunya kenyataan dibandingkan prediksi mereka sebelumnya. Beberapa orang murid yang sehari-harinya di bawah rata-rata kelas, tiba-tiba nilai ujian nasionalnya bahkan melebih murid terpandai di kelasnya. Nah !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H