Jika suatu saat ada guru berani mengeluarkan pernyataan tentang rendahnya penghasilan yang diterima, dapat dipastikan semua orang yang berposisi menjadi atasan akan langsung menuduh, bahwa guru tersebut cuma pandai mengeluh.
Tak peduli dia itu guru yang sudah memiliki masa kerja cukup lama atau guru baru. Di sekolah swasta, guru swasta yang melakukan hal seperti ini bagaikan telah meniup terompet ajalnya sendiri.
Alasan paling tajam untuk memutus pendapat guru swasta yang seperti itu adalah bahwa menjadi guru di sekolah swasta adalah ibadah, jadi harus menerima semua hal yang dirasakannya kurang sebagai amanah dan bentuk pengorbanan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan alasan ini, semua kehendak yang menurut mereka terlalu mengetengahkan materi ketimbang pengabdian mesti segera minggir disingkirkan, tidak diperkenankan hadir lagi.
Dan akan sangat dalam menikam perasaan guru swasta, jika terkena ultimatum, kalau Anda tak mau silahkan mencari sekolah lain. Begitulah para petinggi yayasan berkilah dengan entengnya.
Sebagai akibat perbedaan pendapat atasan saya juga atasannya atasan saya dengan saya yangguru swasta bawahan ini adalah pemarjinalan peran di setiap kegiatan sekolah, tapi saya tetap bertahan tak mencari sekolah lain sebagai wahana pengabdian saya.
Maka berani berpendapatlah walaupun berbeda tak apa. Sampai saat ini saya tak goyah dengan pendapat, bahwa sesuai peraturan perundang-undangan guru adalah seorang pendidik profesional, ia wajib diberi penghasilan yang setaraf dengan profesional lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H