Anemia adalah masalah kesehatan yang sering terjadi pada ibu hamil, WHO melaporkan ada sekitar 17 % ibu hamil di Negara maju yang mengalami anemia, dan angka kejadiannya lebih tinggi di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia yaitu sekitar 56 %. Di tempat saya bekerja di Kupang, NTT angkanya lebih tinggi lagi. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah < 10 g%, sebagai cut off atau batasan Hb normal dalam kehamilan. Walaupun kadang banyak saya jumpai ibu hamil di NTT dengan Hb <6 tidak ada keluhan apa-apa. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke dalam sel untuk metabolisme. Sehingga apabila seorang ibu hamil mengalami anemia sangat membahayakan kondisi kesehatan janin dan ibunya. Dampak yang sering terjadi pada bayi dari ibu yang anemia adalah pertumbuhan janin yang terhambat/terganggu, berat badan lahir rendah, bayi lahir mati. Pada ibu yang anemis maka resiko terjadinya perdarahan lebih besar.
Peneyebab anemia yang paling sering disebabkan makanan yang kurang akan nilai gizi yang mengandung besi, dan asam folat dimana makanan tersebut banyak berasal dari daging, ikan dan sayur-sayuran. Dan pada saat hamil kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan janin.
Anemia secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Jika anemia tidak diwaspadai sejak awal kehamilan maka resikonya akan semakin meningkat. Anemia pada ibu hamil juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi karena staus imun atau daya tahan tubuhnya berkurang.
Di Indonesia, program untuk pencegahan anemia ini sangat gencar dilaksanakan, pada pelayanan Antenatal care (ANC) pada wanita hamil diberikan suplemen penambah darah untuk pencegahan anemia yang didalamnya terdapat sulfas ferrosus dan asam folat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H