Penulis sedang kuliah Master of Information Systems Management di Amerika Serikat sekarang.
Terkisahlah seorang anak yatim piatu yang menyerah karena ia merasa otaknya tumpul dan susah memahami pelajaran. Dengan lunglai dan berat hati, ia pamit pada gurunya. Tidak ada yang bisa diperbuat oleh Sang Guru. Namun, ia berpesan pada murid tersebut agar tidak pernah berhenti belajar.
Pulanglah si murid tersebut menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan derasnya. Ia pun bergegas mencari tempat berteduh. Akhirnya, ia menemukan sebuah gua dan menunggu hujan reda.
Saat dalam keheningan, ia mendengar suara gemericik air. Penasaran, ia pun mendekati asal suara tersebut. Ternyata, suara itu berasal dari air yang menetes pada sebongkah batu besar.
Ia mendekat dan tercengang melihat tetesan air tersebut ternyata mampu membuat batu besar itu berlubang. Ia sejenak berfikir tentang dirinya yang baru saja menyerah dengan proses belajarnya.
"Kenapa aku kalah dengan batu? Padahal akal dan pikiranku tidaklah sekeras batu ini. Kalau batu keras seperti itu saja bisa terbentuk dengan hanya tetesan air yang sedikit. Berarti yang kubutuhkan selama ini adalah kesabaran dengan menambah lama belajar", pikirnya.
Dengan bersemangat ia kembali menemui gurunya dan menyatakan akan belajar kembali. Ia bertekad belajar lebih keras dan semangat dari sebelumnya.Â
Setelah bersabar mengikuti pendidikan, usahanya pun membuahkan hasil. Ia mampu menulis dan merampungkan berbagai kitab populer yang kemudian jadi rujukan bagi pencari ilmu. Kitab-kitab tersebut sekarang dipelajari oleh jutaan manusia di muka bumi ini.