KIAI SEMAR sirna dari Karang Kedempel, alam berduka namun orang- orang tidak. Gareng bimbang, Petruk cuma terseyum- seyum dalam rasa kehabisan. Bagong malah seenaknya bilang," Semar lenyap? Hilanglah! Semar mampus? Mampuslah!"
Emha Ainun Nadjib terencana menjadikan tokoh yang kerap di gunakan selaku cerita wujud yang memiliki kekuatan melebihi dewa namun sekalian bersahaja seperti jelata. Semar merupakan Dewa Ismoyo, anaknya, Gareng serta Petruk merupakan raja jin yang ditaklukan oleh Semar serta jadi bayangan dari Semar.
Novel Arus Dasar berlatar wayang punakawan yang sesungguhnya tidak terdapat di cerita wayang tipe India. Sekelompok punokawan ini cuma terdapat di cerita wayang tipe Jawa. Bagi banyak cerita, Punokawan cumalah karangan dari kanjeng Sunan Kalijaga sendiri. Keluarnya punakawan dalam wayang jawa cuma pada goro- goro saja, bagi mBah Nun, goro goro beber kala chaos terletak dipuncak nya, kala problem serta isian konflik lagi terletak di bagian ketegangan yang sangat rawan. Namun kunyuk- kunyuk itu tertawa- tawa: bukan buat memupus problem- problem itu, melainkan malah buat belajar berlagak dingin, lembut, serta gembira malah buat mendapatkan pemahaman yang sangat jernih.
Banyak pemikiran ataupun filosofi yang di tulis dalam novel ini semacam "Tidak. Memangya siapa Kiai Semar itu? Kiai Semar merupakan kalian, merupakan kalian- kalian, merupakan orang- orang Karang kedempel, interaksi nurani kamu".
" Kiai Semar itu rakyat kecil serta Dewa sekalian, Semar merupakan Dewa seluruh Dewa. Dia sesepuh seluruh Ismoyo itu, Dewa paling tinggi. Di atasya cuma terdapat satu: ialah Si Hyang Wenang itu sendiri.
Serta kalian ketahui, Dewa paling tinggi itu Rakyat biasa. Sebab memanglah rakyatlah Dewa Tertingi. Batara Guru ataupun Hyang Manikmoyo, dan terlebih para Pamong dari Karang arus Kadempel, tidak lebih dari petugas sejarah semacam pula Kiai Semar pula mengambil kedudukannya buat bertakhta di hati nurani rakyat".
Manusia yang diserahi tugas ataupun amanah buat mengetuai bukan berati ia lebih besar ataupun lebih berkuasa dari yang dipandu. Antara yang mengetuai serta yang dipandu tersebut mempunyai drajat yang sama ataupun setara. Seluruhnya silih bekerja sama buat menggapai tujuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H