Mohon tunggu...
Panji Septo Raharjo
Panji Septo Raharjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya sangat menyukai dinamika politik di tanah air. Tidak hanya seru, politik di Indonesia sangat hidup dengan berbagai kelakar dan cerita-cerita lucu yang menyertainya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres Diduga Diisi Kecurangan, Suara Kita Dikorbankan

19 Februari 2024   22:12 Diperbarui: 20 Februari 2024   00:20 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut salah satu kawanku, memilih salah satu calon yang nantinya tak sesuai harapan bukanlah dosa yang harus ditanggung bersama. Jika tidak bisa menang, setidaknya ia telah berjuang. 

Ia menilai dukungan yang telah dia berikan kepada salah satu pasangan calon itu merupakan upaya agar suaranya tak sia-sia dan penyesalan tidak menghantui diri di lain hari.

Jika tanah air tidak sejahtera, apakah hal itu menjadi tanggung jawab bersama. Bayangkan jika ke depan beras dan bensin menjadi mahal dan menyusahkan kita semua.

Padahal, tujuan bernegara agar keamanan perut bisa terjaga. Masyarakat hanya ingin keadilan sosial bagi seluruh rakyat negeri fantasi teralisasi. Lantas, perlukah membela calon presiden mati-matian?

Membela menjadi cara termudah dan tercepat untuk memberi dukungan. Semangat yang diberikan kepada jagoan biasanya akan dikonversi menjadi kekuatan. 

Namun apa yang terjadi? Para pendukung yang merasa menang bertingkah arogan, sedangkan pihak yang kalah tak mengakui kemenangan. Mirisnya, masyarakat yang tak bisa bicara hanya bisa menonton saja.

Seolah meniupkan terompet dan genderang perang, para pendukung di negara fantasi yang turut meramaikan hari pemilihan presiden itu saling menyerang. Sosial media seakan menjadi arena pertempuran.

Momen yang bertepatan dengan hari kasih sayang itu tak mencerminkan rasa cinta. Sebagai jomblo, setidaknya aku menunggu ucapan cinta dari satu orang, yakni pemimpin yang akan memberi rasa aman untuk masyarakat. 

Ironis, kasih sayang itu rasanya terbelah dengan adanya kontestasi lima tahunan. Cinta terhadap saudara setanah air tak tampak lagi. Jangankan orang lain, keluarga sendiri saja bisa menjadi musuh di dalam rumah.

Dalam pantauanku di jagat maya, tiga kelompok yang mendukung masing-masing jagoanya tak ingin kalah keras bahkan harus mengorbankan diri untuk menanggung rasa sakit hati. Aduh! Padahal aku ingin cinta kasih sayang menguatkan negeri ini lho. Apakah kamu berpikir sama?

Jika dibayangkan, para pendukung yang tergila-gila dengan idolanya itu seperti sedang saling melemparkan kotoran ke arah saudaranya sendiri. Para konstituen rela bertahan sejak pagi hingga pagi lagi untuk mencemooh pendukung dari calon presiden kompetitor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun