Saat ini manusia hidup di dua dunia yang berbeda baik dunia nyata maupun dunia maya. Perbedaan tersebut terkadang sulit untuk dibedakan. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menjadi awal lahirnya hal-hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Media sosial menjadi salah satu dampak dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Akan tetapi, perkembangan media sosial yang begitu cepat belum bisa diiringi oleh masyarakat mengenai pemahaman dalam bermedia sosial yang baik. Pasalnya, saat ini pendidikan mengenai media sosial di Indonesia belum bisa mengimbangi perkembangannya yang begitu cepat tersebut.
Jika kita lihat mengenai kasus yang sedang ramai diperbincangkan mengenai Pengeroyokan yang dilakukan terhadap Ade Armando. Ade Armando merupakan seorang Dosen Universitas Indonesia sekaligus penggiat Politik yang sangat kontroversi di Indonesia. Cuitan dan videonya di media sosial sering menjadi perbincangan di masyarakat. Bahkan, Ade Armando di media sosialnya sering kali menerima cyberbullying atas cuitan dan videonya yang kontroversial tersebut.
Belum lama ini, Ade Armando mengalami kekerasan atas dirinya, saat dirinya mendatangi massa aksi demonstrasi yang dilakukan pada Senin, 11/4/22. Kekerasan tersebut diduga terjadi karena cuitan dan videonya yang dianggap sering mengalami kontroversi. Ternyata apa yang dirinya lakukan di media sosial tidak hanya berimbas di media sosial saja. Tetapi hal tersebut berdampak pada dirinya di kehidupan nyata. Ia dipukuli dan dilucuti celananya oleh sekelompok orang yang dianggap tersinggung sekaligus bertentangan atas pernyataannya di media sosial.
Hal ini justru yang menjadi perhatian bagi penulis. Ternyata saat ini cyberbulling di media sosial bisa berdampak pada kehidupan nyata bahkan bisa menimbulkan kekerasan. Kejadian-kejadian ini menandakan kurangnya pengetahuan di masyarakat Indonesia mengenai cara bermedia sosial yang baik. Seharusnya saat ini pengetahuan mengenai cara bermedia sosial sangat perlu diberikan kepada masyarakat.
Kemendikbudristek saat ini sedang sangat aktif dalam mengembangkan kurikulum "Literasi Media Digital". Walaupun kurikulum ini masih memiliki banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut. Tetapi, langkah ini merupakan suatu langkah positif agar pemahaman masyarakat menggunakan media digital semakin membaik. Penulis pun berharap media sosial menjadi fokus pembelajaran dalam kurikulum tersebut agar masyarakat dalam bermedia sosial semakin menuju ke arah positif baik itu cara memberikan informasi maupun cara menerima informasi di media sosial. Sehingga hal-hal mengenai cyberbulling berujung kekerasan tidak terjadi lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H