Mohon tunggu...
Panji Haryadi
Panji Haryadi Mohon Tunggu... Penulis -

Gemar menulis mengenai sejarah dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Larabanga, Ghana: "Mekah" di Afrika Barat

1 Januari 2018   20:24 Diperbarui: 1 Januari 2018   20:38 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Larabanga, Ghana, Afrika Barat. Photo: Sathyan Velumani

"Masjid Larabanga, Ghana, Afrika Barat, masjid ini merupakan  masjid bersejarah karena merupakan masjid tertua di Ghana dan Afrika  Barat. Tapi jangan bandingkan dengan masjid bersejarah di tempat-tempat  lainnya yang menampilkan kemegahan dan kemewahan sebuah bangunan, masjid  ini sangat sederhana dengan luasnya yang hanya kurang lebih 8 x 8 meter  dan material bangunannya terbuat dari lumpur, batang kayu gelondongan,  dan gelagah. Majid ini juga dikonotasikan sebagai "Mekah" di Afrika  Barat karena sejarah dan nilai sejarah arsitekturnya.[1]"

Masjid ini memiliki empat pintu masuk yang kecil, dan masing-masing  pintu diperuntukkan untuk orang-orang yang berbeda, yaitu laki-laki,  perempuan, Kepala Desa dan Imam, dan Muazin. Karena memiliki luas yang  kecil, maka setiap kali shalat jum'at diselenggarakan para jamaah sampai  membludak ke luar masjid. Menurut penduduk setempat, ketika shalat  jum'at sebanyak 12 klan hadir di masjid ini, total jamaah mencapai 4.000  orang. Untuk menjangkau pendengaran orang sebanyak itu maka pengurus  masjid mesti mempersiapkan pengeras suara. Masih menurut masyarakat  setempat, isi masjidnya dapat menampung sebanyak 200 orang, yang mana  dengan luas hanya 64 m2 cukup meragukan.[2]

Salah satu pintu masuk masjid. Photo: Rachel Zack
Salah satu pintu masuk masjid. Photo: Rachel Zack
Material masjid terbuat dari lumpur, batang kayu gelondongan, dan gelagah. Photo: Monocletophat123
Material masjid terbuat dari lumpur, batang kayu gelondongan, dan gelagah. Photo: Monocletophat123

Setiap tahun ketika musim hujan berlangsung, beberapa bagian dari  masjid ini hilang karena terbawa air. Sehingga setiap tahunnya selepas  musim hujan masjid ini mesti diperbaiki dan dicat ulang.[3]World Monuments Fund (WMF), sebuah organisasi non-profit yang bergerak untuk melakukan  penyelamatan terhadap situs-situs arsitektural bersejarah di dunia telah  berkontribusi secara substansial terhadap restorasi masjid ini. Mereka  mengkategorikan Masjid Larabanga sebagai salah satu dari 100 situs yang  paling terancam punah.[4]

Sebelumnya pada tahun 1970an pernah diupayakan restorasi menggunakan  material modern, yakni semen. Namun ternyata semen malah mengakibatkan  kerusakan yang lebih parah, dinding bangunan menjadi lembab karena air  terperangkap di dalamnya dan mengakibatkan kayu-kayu penyangga membusuk  dan digerogoti rayap. Kerusakan diperparah oleh angin dan hujan yang  mempercepat runtuhnya menara masjid.[5]

Kondisi masjid ketika sebelum direstorasi. Photo: Jurgen
Kondisi masjid ketika sebelum direstorasi. Photo: Jurgen

Kemudian mulai dari tahun 2002 WMF mulai melakukan upaya restorasi,  kali ini mereka menggunakan pendekatan tradisional, semen-semen di  dinding bangunan disingkirkan dan mereka kembali menggunakan plester  yang berbasis lumpur yang bersumber dari lokasi setempat. Selain itu  mereka juga mengganti kayu yang membusuk, memperbaiki portal bangunan,  dan merekonstruksi menara dan mihrab yang roboh. Website resmi WMF mengatakan bahwa projek restorasi telah selesai.[6]

Kondisi masjid setelah restorasi oleh WMF. Photo: WMF
Kondisi masjid setelah restorasi oleh WMF. Photo: WMF

 

Gaya Arsitektur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun