Sejak awal abad ke-19, beberapa orang Kristen berpengaruh mendorong gagasan ini. Alexander Keith, salah satu dari empat orang Mentri Gereja Skotlandia yang bertugas untuk menyelidiki tentang Palestina, menciptakan sebuah ungkapan tentang Palestina, "a land without people, for a people without land." (wilayah tanpa orang, untuk orang-orang tanpa wilayah).[9]
Pandangan tentang tanah Palestina tersebut berkembang luas sejak tahun 1840-an dan dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat di dalam AlKitab. Padahal yang dimaksud dengan "wilayah tanpa orang" bukan berarti benar-benar tidak ada orang di sana. Faktanya di sana ada orang-orang Arab Palestina. Pandangan tersebut bertolak dari sudut pandang kolonialisme yang menganggap Palestina merupakan sebuah wilayah yang belum dikolonisasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Pandangan tersebut bahkan diterima oleh lingkaran Evangelist Earl of Shaftesbury ke-7 dengan impian mengembalikan orang-orang Yahudi ke Tanah Suci.[10]
Bersambung...
Panji Haryadi
Catatan Kaki:
- [1] Eve Spangler, Understanding Israel/Palestine, (Boston: Sense Publisher, 2015), hlm 74.
- [2]Ibid.,hlm 87.
- [3]Ibid.
- [4]Ibid.,hlm 73 dan 77.
- [5] Selengkapnya mengenai abad pencerahan dan kaitannya dengan orang-orang Yahudi, lihat "Memahami Zionisme: Awal Mula Konflik Israel-Palestina", dari laman https://ganaislamika.com/memahami-zionisme-awal-mula-konflik-israel-palestina/, diakses 14 Desember 2017.
- [6] The Church of Scotland, The inheritance of Abraham? A report on the 'promised land', (Church and Society Council: Scotland, 2013), hlm 2-3. Adapun terjemahan ke Bahasa Indonesianya diambil dari situs http://www.sabda.org/sabdaweb/bible, diakses 14 Desember 2017.
- [7] Peel Commission adalah Komisi Penyelidikan Kerajaan Inggris untuk Palestina, yang dipimpin oleh Lord Robert Peel, ditunjuk pada tahun 1936 oleh pemerintah Inggris untuk menyelidiki penyebab kerusuhan di antara orang-orang Arab dan Yahudi Palestina. Dalam "Peel Commission", dari laman https://www.britannica.com/event/Peel-Commission, diakses 14 Desember 2017.
- [8] The Church of Scotland, Ibid.,hlm 3.
- [9]Ibid.
- [10]Ibid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H