Mohon tunggu...
Panji Haryadi
Panji Haryadi Mohon Tunggu... Penulis -

Gemar menulis mengenai sejarah dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Zionisme (Bagian 2): Tanah yang Dijanjikan

14 Desember 2017   21:03 Diperbarui: 14 Desember 2017   21:14 6485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Palestina di Desa Sabastia, Nablus. Photo diambil antara tahun 1940-1959. Photo: Madhat Kayed/The Palestinian Museum

Sejak awal abad ke-19, beberapa orang Kristen berpengaruh mendorong gagasan ini. Alexander Keith, salah satu dari empat orang Mentri Gereja Skotlandia yang bertugas untuk menyelidiki tentang Palestina, menciptakan sebuah ungkapan tentang Palestina, "a land without people, for a people without land." (wilayah tanpa orang, untuk orang-orang tanpa wilayah).[9]

Alexander Keith, penggagas ide “a land without people, for a people without land.” Photo: National Galleries of Scotland
Alexander Keith, penggagas ide “a land without people, for a people without land.” Photo: National Galleries of Scotland
 

Pandangan tentang tanah Palestina tersebut berkembang luas sejak tahun 1840-an dan dihubung-hubungkan dengan ayat-ayat di dalam AlKitab. Padahal yang dimaksud dengan "wilayah tanpa orang" bukan berarti benar-benar tidak ada orang di sana. Faktanya di sana ada orang-orang Arab Palestina. Pandangan tersebut bertolak dari sudut pandang kolonialisme yang menganggap Palestina merupakan sebuah wilayah yang belum dikolonisasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Pandangan tersebut bahkan diterima oleh lingkaran Evangelist Earl of Shaftesbury ke-7 dengan impian mengembalikan orang-orang Yahudi ke Tanah Suci.[10] 

Bersambung...

Panji Haryadi

Catatan Kaki:

  • [1] Eve Spangler, Understanding Israel/Palestine, (Boston: Sense Publisher, 2015), hlm 74.
  • [2]Ibid.,hlm 87.
  • [3]Ibid.
  • [4]Ibid.,hlm 73 dan 77.
  • [5] Selengkapnya mengenai abad pencerahan dan kaitannya dengan orang-orang Yahudi, lihat "Memahami Zionisme: Awal Mula Konflik Israel-Palestina", dari laman https://ganaislamika.com/memahami-zionisme-awal-mula-konflik-israel-palestina/, diakses 14 Desember 2017.
  • [6] The Church of Scotland, The inheritance of Abraham? A report on the 'promised land', (Church and Society Council: Scotland, 2013), hlm 2-3. Adapun terjemahan ke Bahasa Indonesianya diambil dari situs http://www.sabda.org/sabdaweb/bible, diakses 14 Desember 2017.
  • [7] Peel Commission adalah Komisi Penyelidikan Kerajaan Inggris untuk Palestina, yang dipimpin oleh Lord Robert Peel, ditunjuk pada tahun 1936 oleh pemerintah Inggris untuk menyelidiki penyebab kerusuhan di antara orang-orang Arab dan Yahudi Palestina. Dalam "Peel Commission", dari laman https://www.britannica.com/event/Peel-Commission, diakses 14 Desember 2017.
  • [8] The Church of Scotland, Ibid.,hlm 3.
  • [9]Ibid.
  • [10]Ibid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun