Mohon tunggu...
Panji Adam
Panji Adam Mohon Tunggu... Aktris - Sedang menyusuri Khatulistiwa

Lari, Berlari dan Berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra Objektif pada Cerpen "Peradilan Rakyat" Karya Putu Wijaya

17 Juli 2021   22:00 Diperbarui: 17 Juli 2021   22:02 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.
Dari kutipan diatas, karakter tokoh ayah yang menyayangi dan merindukan putranya. Pengacara senior sudah tampak lemah dan tua.
Sekretaris, perhatian, baik, cantik jelita. Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini: Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."
Dikemukakan, bahwa sekretaris yang cantik dan dan perhatian. Ia mengatakan bahwa pengacara senior hendak beristirahat,

SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Peradilan Rakyat adalah Sudut pandang orang ketiga yaitu sudut pandang  yang biasanya pengarang menggunakan tokoh "ia", atau "dia". Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya, Contohnya pada kutipan dibawah ini

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung,

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang
Berdasarkan pada kutipan diatas, diketahui penggunaan tokoh "ia" dan subjek lain dengan kata ganti pengacara muda.

GAYA BAHASA
Gaya bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami dan tidak berbelit-belit, pasalnya sang penulis cerpen dengan baik membawakan cerita hingga membuat pembaca mengerti.

KESIMPULAN
Dalam mengkritik karya sastra, seorang kitikus harus melalui proses penghayatan keindahan sebagaimana pengarang dalam melahirkan karya sastra. Karena kritik sastra sebagai kegiatan ilmiah yang mengikat kita pada asas-asas keilmuan yang ditandai oleh adanya kerangka, teori, wawasan, konsep, metode analisis dan objek empiris. Jika kritik sastra objektif lebih menekankan pada unsur pembangun prosa terdiri dari struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan oleh pengarang.

DAFTAR PUSTAKA

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung. Angkasa.
Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulisa dan Jurnalis. Bandung. Simbiosa Retakama Media.
Wellek & Warren A. (1986). Teori Kesusastraan (Diindonesiakan Melami Budianta).
Kritik Sastra. http://goesprih.blogspot.com/2008/02/kritik-sastra.html
Kritik Objektif. http://adiel87.blogspot.com/2009/11/teori-objektif.html
http://www.scribd.com/doc/24492471/Menjelaskan-Unsur-Unsur-Intrinsik-Cerpen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun