Mohon tunggu...
Ahmad Mustopa
Ahmad Mustopa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Pahit (Episode: Aku dan Tanah Ini)

13 April 2016   10:26 Diperbarui: 13 April 2016   10:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam Larut bertabur Bintang.
 Seorang Ibu dan Dua anaknya tertidur
 beralaskan triplek bekas dingding rumahnya, yang telah digusur paksa,
 beratapkan cahaya bulan dan berselimutkan kepiluan.

"Bu, kenapa rumah kita digusur..?" tanya si Sulung pada Ibunya.
 "Karna Rumah kita menempati Tanah Negara nak."
 "Memang Kita ini bukan Warga Negara Bu..?"
 "Hmm, Kita warga Negara juga, tapi kita tak memiliki Tanah itu."
 "lalu Kita akan tinggal di mana Bu..?"
 "Hmmm, Sementara Kita disini dulu, Nanti Ibu coba usahakan supaya bisa dapat Rumah susun."
 "kalau di Rumah Susun itu Tanah siapa Bu..?"
 "Itu juga Tanah Negara."
 "Nanti Kita di Gusur lagi disana Bu..!"
 "Disana Kita ga bakal di Dusur lagi nak, tapi setiap bulan kita harus bayar sewa."
 "kalo Kita ga Bayar sewa..?"
 "ya, Mungkin Kita akan di Usir."
 "Kenapa Kita ga beli Rumah saja Bu..?"
 "Karna Kita ga Mampu nak, Ibumu ini cuma Janda yang jadi kuli cuci,
 Seumur hiduppun Ibu bekerja jadi Kuli cuci, tak akan mampu Membeli rumah nak."
 "Andai Ayah masih Hidup,apa kita Bisa membeli rumah..?"
 "Andai Ayahmu masih Hiduppun, tak akan mampu membeli Rumah nak,
 karna Ayahmu cuma Nelayan Kecil."

"Sudah Tidurlah nak, sudah malam, Besok kamu harus sekolah."
 "Kita tak Punya Rumah, Masih Haruskah Saya Sekolah Bu..?"
 "Nak, Kemiskinan Kita tak Harus Menjadikan Kita Bodoh,
 Malah Kebodohan yang bisa membuat Kita Miskin,
 Bukan hanya Miskin Harta, tapi Juga miskin Rasa,
 Miskin Rasa Peduli,Miskin Rasa Empati,Miskin Rasa Kasih."

Malam Larut bertabur Bintang.
 Seorang Ibu dan Dua anaknya tertidur
 beralaskan triplek bekas dingding rumahnya, yang telah digusur paksa,
 beratapkan cahaya bulan, berselimutkan kepiluan.
 Dalam Doa mereka Sebelum tidurnya.
 Semoga hari esok Lebih baik, Lebih Baik, hanya Lebih Baik.

Jakarta-2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun