Masih kuingat ketika Kau datang berbaju Kotak-kotak.
mengiangkan Janji-janji sesejuk Angin Surgawi.
Kau Berbicara tentang Legalitas Tanah Kami.
kau bicara tentang Kampung Deret dan penataan.
kau Berjanji tak akan ada Pengusuran.
kau berbicara tentang Perbaikan.
Di sini, Di tanah yang telah kami Tinggali sejak Nenek Buyut kami.
Kami berharap kau ada untuk kami.
karna kita adalah Mitra, kita adalah Teman, Kita adalah Saudara.
Kami gantungkan Asa kami setinggi langit bersamamu.
Ketika kau tanda tangani surat perjanjian itu.
kami yakin kau berbeda, Kau layak jadi Teman kami.
Masih kuingat Ribuan Tentara dan Polisi bersama Ribuan Satpol PP,
memaksa kami Meninggalkan Rumah-rumah kami.
kami Terpana, Ternyata semua janjimu Hanya Harapan Palsu.
Surat yang kau tanda tangani tak lebih dari Kertas pembungkus nasi.
tak ada lagi langit untuk menggantung Asa kami,
Ketika Sebelas Eskavator menghacurkan Rumah kami.
Kini disini kami bertahan, Di Perahu yang masih jadi milik kami.
Entah sampai kapan kami disini,
biarlah waktu yang akan menengelamkan kami.
karna kami akan tetap disini,
karna Tempat kami memang disini.
Bukan di Rumah susun yang harus kami bayar setiap Bulannya.
yang tak akan mungkin kami gapai Kemilau laut disana.
kau Membuat kami Sakit Teman.
janjimu Hanya Hoax Belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H