Mohon tunggu...
Pani Suswari
Pani Suswari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Topik yang akan dibahas adalah terkait dengan hal-hal positif untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan terkait pengetahuan umum positif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Quasi Eksperimen: Nonequivalent Control Group Design Sebagai Panduan Teori Dalam Menyusun Skripsi

7 September 2023   22:16 Diperbarui: 26 November 2023   23:39 24048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

QUASI EXPERIMEN: NONEQUIVALENT CONTROL GROUP DESAIN SEBAGAI PANDUAN TEORI DALAM MENYUSUN SKRIPSI

 

A. Metode Eksperimen

Sebelum kita lebih jauh menguraikan desain quasi eksperimen, seyogyanya kita perlu untuk memahami terlebih dahulu kapan metode eksperimen itu digunakan dalam suatu penelitian? Hal tersebut penting karena banyak diantara peneliti yang bingung dalam menggunakan metode eksperimen dalam melakukan penelitian.

Menurut Sugiyono (2018) mengungkapkan bahwa "metode eksperimen merupakan salah satu metode kuantitatif, digunakan terutama apabila peneliti ingin melakukan percobaan untuk mencari pengaruh variable independen (perlakuan) tertentu terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendali." Sedangkan Crewell (2015) mengungkapkan bawha "eksperimen digunakan ketika ingin menetapkan kemungkinan sebab-akibat atara varibel independen dan dependen dan apabila meneliti dua kelompok atau lebih."

Berdasarkan pendapat di atas, terdapat beberapa hal yang perlu peneliti perhatikan, yaitu diantaranya; (1) metode eksperimen hanya akan digunakan apabila penelitian memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kuantitatif; (2) jika peneliti ingin mencari pengaruh, perbedaan dan efektivitas dari suatu varibel terhadap variable lainnya; (3) dalam penelitian ekserimen peneliti harus dapat mengendalikan variable yang memengaruhi hasil (variable dependen); (4) penelitian eksperimen untuk menetapkan kemungkinan sebab-akibat; (5) penelitian eksperimen untuk meneliti dua kelompok atau lebih.

Menurut Sugiyono (2018) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa desain dalam metode penelitian eksperimen, yaitu; Pre-Eksperimental Desain, True Eksperimental Design, Factoria Design, dan Quasi Eksperimental Desain. Namun dalam tulisan ini hanya akan menguraikan metode penelitian eksperimen dengan quasi eksperimental design (desain eksperimen semu).

B. Quasi Experiment Design

Quasi Experiment Design (desain kuasi eksperimen) merupakan salah satu jenis desain yang terdapat dalam metode eksperimen. Jenis desain ini juga masih banyak digunakan oleh para peneliti terutama mahasiswa tingkat akhir untuk menyusun skripsi mereka sebagai prasyarat untuk lulus di perguruan tinggi pada jenjang sarjana yang mereka tempuh.

Adapun alasan dari banyak peneliti menggunakan jenis desain kuasi eksperimen ini adalah misalkan jika penelitian dilakukan pada lembaga pendidikan seperti sekolah terkadang peneliti menemukan kurang ketidaktersediaan partisipan penelitian untuk pembentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, dalam keadaan tertentu adanya larangan untuk pembentukan kelompok secara artifisial, adanya kesulitan dalam mengontrol variable lain seperti subjek penelitian, jika tidak dapat memenuhi kaedah-kaedah dalam penelitian eksperimen murni secara utuh, terahir agar tidak mengganggu pembelajaran jika dilakukan penempatan partisipan secara random (Creswell, 2015; Sugiyono, 2018; Abraham dan Supriyati, 2022).

Menurut Hastjarjo (2019) mengungkapkan bahwa "kuasi eksperimen merupakan satu eksperimen yang penempatan unit terkecil eksperimen ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol tidak dilakukan dengan acak." Unit terkecil diartikan disini adalah misalnya individu atau seseorang dalam lembaga pendidikan, yaitu siswa di suatu sekolah tertentu. Penelitian dengan desain kuasi eksperimen siswa dapat dikelompokkan kedalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun pengmbilan subjek untuk ditempatkan dalam suatu kelompok tertentu tidak dilakukan secara random/acak.

Dalam penelitian dengan desain kuasi eksperimen pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak kedalam kelas kontrol dan eksperimen namun peneliti dapat memanfaatkan partisipan yang sudah ada. Misalnya, peneliti akan meneliti kelas empat SD dan kelas tersebut memiliki dua kelas, yaitu kelas empat A dan kelas empat B, maka peneliti langsung dapat menggambil kedua kelas tersebut dan memilih salah satu kelas untuk ditempatkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Untuk lebih memahami pengambilan sampel secara tidak acak dalam penelitian desain kuasi eksperimen peneliti dapat mempertimbangkan beberapa jenis teknik pengambilan sampel nonprobalbility. Sebelum kita menguraikan masing-masing dari teknik sampel nonprobability, kiranya kita perlu mengetahui definisi dari sampel nonprobability. Nonprobability sampling adalah salah satu jenis teknik dalam pengambilan sampel dari populasi yang ada secara tidak acak yaitu di mana teknik tersebut tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi subjek penelitian yang menjadi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel kemudian ditempatkan kedalam kelompok tertentu.

Adapun menurut Creswell (2015) mengungkapkan teknik sampel dengan teknik   nonprobability sampling, yaitu terdiri dari; convenience sampling dan snowball sampling. Sementara menurut Sugiyono (2018) mengungkapkan teknik nonprobability sampling dapat dikelasifikasi menjadi beberapa, yaitu diantaranya; sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh, snowball sampling, dan sensus.

Berikut adalah salah satu contoh penelitian desain kuasi eksperimen yang menggunakan teknik pengambilan sampel dengan nonprobability sampling yang berupa purposive sampling. Dalam penelitian yang dilakukan oleh, Novita Rizka Yulaekha, I Made Sudana, Ulfah Mediaty Arief (2017) dengan judul penelitian adalah "Efektivitas Permainan Bingo dalam Pembelajaran Program Aplikasi Kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo."

Lalu kapan pretest diberikan dalam penelitian kuasi eksperimen? Dalam penelitian desain kuasi eksperimen, pretest dapat diberikan sebelum penentuan kelompok dan dapat juga diberikan setelah kelompok ditentukan. Yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal itu diakrenakan teknik pengambilan samplingnya tidak acak/random. Adapun posttest dapat diberikan setelah pembelajaran diberikan baik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Terdapat beberapa ciri-ciri khusus quasi eksperimen, yaitu; (1) Tidak perlu dilakukan penempatan/penunjukan partisipan kedalam kelompok baik kelas kontrol dan kelas eksperimen secara random; (2) jumlah kelompok/individu yang diperbandingkan adalah dua atau lebih; (3) menggunakan satu intervensi atau lebih; (4) variebel dependen diukur/diobservasi adalah sebanyak satu kali; (5) Untuk menetapkan partisipan ke kelompok dapat dikontrol dengan pra-tes, matching, blocking, dan kovariat (Creswell, 2015).

C. Jenis Desain Quasi Experimen

Menurut Creswell (2015) menyatakan bahwa terdapat dua tipe desain quasi eksperimen, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design. Namun dalam tulisan ini akan diuraikan terkait jenis yang kedua, yaitu Nonequivalent Control Group Design. Kenapa jenis desain ini dipilih oleh penulis untuk dibahas karena jenis desain ini lebih banyak digunakan oleh para peneliti dan calon peneliti dalam hal ini adalah mahasiswa tingkat akhir pada jenjang sarjana atau pasca sarjana.

Menurut Sugiyono (2018) mengungkapkan bahwa jenis desain ini adalah hampir mirip dengan desain pretest-postest control group design, namun pada desain ini subjek penelitian ditempatkan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara random atau acak. Jika penempatan subjek secara tidak acak, maka peneliti dapat menggunakan teknik nonprobability sampling. Artinya peneliti hanya menggunakan jenis-jenis teknik sampel dari nonprobability sampling bukan dari jenis teknik probability sampling. Sehingga penulis kurang membenarkan praktik penelitian dengan desain kuasi eksperimen nonequivalent control group design yang masih menggunakan jenis teknik probability sampling dalam pengambilan dan penempatan sampel terhadap kelompok.

Karena penempatan subjek penelitian secara tidak acak dan dengan teknik nonprobablity sampling dalam desain ini, maka kelompok penelitian dapat ditentukan tanpa mengacu pada hasil pretest. Artinya, kelompok kontrol dan eksperimen dapat ditentukan berdasarkan kelompok yang sudah ada dengan pertimbangan tertentu atau penunjukkan kelompok berdasarkan arahan dari kepala sekolah/guru di suatu sekolah. Namun selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah kelompok yang diambil untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abraham dan Superiyati (2022) bahwa "dalam penelitian berbasis masyarakat, kita bisa menggunakan dua komunitas yang sama. Kita mencoba untuk memilih grup yang semirip mungkin, tapi kita tidak pernah bisa yakin kelompok-kelompok yang sebanding atau tidak setara."

Jika kita melihat bahwa dalam desain nonequivalent group design akan mengambil/menetapkan subjek penelitian untuk ditempatkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak setara, maka ini berarti bahwa dari kedua kelompok itu harus diperlakukan berbeda. Di mana kelompok yang tidak diberikan perlakuan adalah kelompok kontrol tetapi kelompok yang diberikan perlakuan adalah kelompok eksperimen. Perlakuan yang dimaksudkan adalah misalnya pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran non-konvensional. Selain itu, misalnya dari bentuk soal pretest yang diberikan sama, hampir sama atau berbeda dengan soal pascatest. Namun jika soalnya sama maka konteksnya berbeda atau bentuk soalnya berbeda tetapi konteksnya sama. Misalnya, soal pretest bentuk non soal cerita tetapi soal pascatest berbentuk soal cerita.

Karena pengambilan sampel tidak secara acak dalam penelitian kuasi eksperimen dengan nonequivalent group desain, maka peneliti tidak perlu menentukan ukuran sampel yang harus digunakan dalam penelitiannya. Oleh karena itu, dalam penelitian dengan desain kuasi eksperimen tersebut, kiranya tidak perlu ada rumus untuk menentukan ukuran sampel.

Untuk lebih memahami bentuk desain ini, perhatikanlah gambar jenis desain kuasi eksperimen dan penjelasan dari bentuk rancangannya adalah sebagai berikut.

Gambar: Bentuk Rancangan Nonequivalent Control Group Design

Dimana,   dan   adalah pretest sebelum diberikan perlakuan,   adalah posttest setelah diberikan perlakuan dan   adalah posttest yang tidak diberikan perlakuan dan X adalah perlakuan/kelas eksperimen yang diberikan tindakan. Sedangkan garis putus-putus (...) menunjukkan penempatan subjek penelitian secara tidak acak (Hastjarjo, 2019; Sugiyono, 2015).

D. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitif adalah dengan menggunakan instrumen tes, aknget/kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Namun dalam penelitian kuasi eksperimen peneliti bisa hanya menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data, peneliti bisa juga menggunakan selain tes dan atau selain tes. Dengan kata lain, peneliti dapat menggunakan satu, dua atau lebih teknik pengumpulan data dalam desain kuasi eksperimen.

Pemilihan teknik pengumpulan data yang tepat akan berpengaruh terhadap hasil penelitian dalam penelitian desain eksperimen. Namun instrument tersebut tidak serta merta dapat digunakan langsung untuk pengumpulan data atau penelitian kecuali melalui tahapan tertentu, yaitu misalnya menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data, itu perlu dilakukan validasi instrument/butir soal dan realibilitas. Selain itu, perlu juga diuji tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal. Begitu pula untuk butir angket perlu diuji tingkat validitas dan realibilitasnya namun tidak perlu uji tingkat kesukaran dan daya pembeda butir angket (Yulaekha, Sudana, dan Arief, 2017).

E. Analisis Data

Kapan peneliti dapat melakukan analisis data dalam penelitian kuantitif? Jawabannya adalah tentu setelah data diperoleh dari hasil penelitian. Namun jawaban tersebut tidak 100% benar, karena peneliti tidak langsung dapat mengolah data setelah data terkumpul. Namun dalam menganalisis data, peneliti perlu pemmperhatikan syarat-syarat tertentu, lalu apa syaratnya?

Karena menggunakan penelitian kuantitatif maka yang harus diuji adalah hipotesis. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian kuantitatif adalah jenis/macam data dan bentuk hipotesis (Sugiyono, 2018).

Bentuk data dalam penelitian kuantitatif, yaitu terdiri atas data nominal, data ordinal dan data interval-rasio. Sementara jenis hipotesis penelitian, yaitu diantaranya pertama hipotesis deskriptif, kedua hipotesis komparatif dan ketiaga adalah bentuk hipotesis asosiatif. Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian dengan desain kuasi eksperimen adalah hipotesis komparatif. Di mana hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih (Sugiyono, 2018). Misalkan ada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan dua kelompok tersebut, analisis data yang dapat digunakan untuk mengetahui ada perbedaan secara signifikan dari kedua kelompok yaitu antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah uji t (uji independen sample test). Lalu apa syaratnya jika kita ingin menggunakan uji t (uji independent sample test) terserbut? Syaratnya adalah harus memenuhi uji asumsi.

Uji asumsi yang biasa dikenal adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Artinya peneliti dapat menggunakan uji independent sample test apabila data penelitian yang peneliti dapatkan adalah data yang berdistribusi normal dan bersifat homogen. Uji normalitas yang dapat digunakan oleh peneliti adalah uji Liliefors, uji Shapiro-Wilk, uji Kolmogorov-Smirnov dan Chi-Square dan lainnya. Sementara Uji homogenitas yang dapat digunakan oleh peneliti adalah uji Levene Test, Uji F, dan lainnya (Nurdin, dkk., 2019; Yulaekha, Sudana dan Arief, 2017; Isnawan, 2020). Namun dalam penggunaan setiap uji statistik untuk uji asumsi tersebut, peneliti perlu memperhatikan pesyaratan yang melekat padanya.

Lalu uji apa yang digunakan jika data penelitian yang peneliti peroleh tidak dapat memenuhi uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas tersebut? Jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji yang dilakukan adalah uji statistik non-parametrik, yaitu U Mann-Whitney (Nurdin, dkk., 2019).


Daftar Pustaka

Abraham, I., Supriyati, Y. (2022). Desain Kuasi Eksperimen dalam Pendidikan: Literatur Review, Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME), Vol. 8, No. 3, Agustus 2022. 10.36312/jime.v8i3.3800/http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME

Creswell, J., (2015). Riset Pendidikan perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif: Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hastjarjo, T., D. (2019). Rancangan Eksperimen-Kuasi Quasi-Experimental Design, Buletin Psikologi, Vol. 27, No. 2, 187 -- 203, 2019. 10.22146/buletinpsikologi.38619

Isnawan, M., G. (2020). Kuasi Eksperimen, Praya: Nashir Al-Kutub Indonesia.

Nurdin, dkk., (2019). Pemanfaatan video pembelajaran berbasis Geogebra untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMK. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 6 (1), 2019, 87-98.https://doi.org/10.21831/jrpm.v6i1.18421

Sugiyono. (2018). Metode PenelitianKuantitatif, Bandung: Alfabeta

Yulaekha, Sudana, Arief. (2017). Efektivitas Permainan Bingo dalam Pembelajaran Program Aplikasi Kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo. Edu Komputika Journal, 4 (1) (2017).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun