Mohon tunggu...
Luh Putu Pani Audina
Luh Putu Pani Audina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha

Saya adalah mahasiswi dari salah satu kampus yang terkenal di Bali yakni Universitas Pendididkan Ganesha atau biasa disebut UNDIKSHA. Saya lahir di Singaraja pada tanggal 5 Juni 2005 dan zodiak saya adalah zodiak yang dibenci banyak orang yaitu Gemini. Tidak banyak hal spesial yang bisa diceritakan dalam hidup saya tapi ingat "Life Must Go On".

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengurai Makna Ngaben: Antara Tradisi Sakral dan Tantangan Ekonomi

16 Juli 2024   22:15 Diperbarui: 16 Juli 2024   22:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi_11 Juli 2024

Ngaben, atau upacara pembakaran jenazah dalam tradisi Hindu Bali, sering disebut sebagai salah satu upacara adat yang paling boros. Pandangan ini muncul karena biaya yang dikeluarkan bisa sangat besar, mencakup pembuatan sarana upacara seperti bade (menara kremasi) dan lembu (wadah jenazah), serta penyediaan makanan untuk tamu dan berbagai persembahan yang diperlukan.

Namun, dari perspektif budaya dan spiritual, Ngaben memiliki makna yang sangat mendalam. Upacara ini bukan hanya sebagai penghormatan terakhir kepada mereka yang telah meninggal, tetapi juga sebagai sarana untuk melepaskan roh dari ikatan duniawi dan membantu perjalanan mereka menuju alam baka. Bagi masyarakat Bali, Ngaben adalah bagian dari ajaran agama dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, serta merupakan wujud bakti dan penghormatan kepada leluhur.

Perdebatan mengenai perlu tidaknya Ngaben dilakukan sering kali muncul dari sudut pandang ekonomi. Ada yang berpendapat bahwa dana besar yang dikeluarkan untuk Ngaben bisa dialokasikan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi keluarga yang ditinggalkan. Di sisi lain, ada yang meyakini bahwa melaksanakan Ngaben adalah kewajiban moral dan spiritual yang tidak bisa diabaikan.

Sebagai solusi atas dilema ini, banyak masyarakat Bali yang kini melakukan Ngaben secara kolektif atau massal. Dengan cara ini, biaya upacara dapat ditekan karena dibagi antara beberapa keluarga. Selain itu, pemerintah dan komunitas lokal juga sering memberikan bantuan untuk meringankan beban finansial keluarga yang kurang mampu.

Pada akhirnya, keputusan untuk melaksanakan Ngaben adalah pilihan pribadi dan keluarga yang bersangkutan, berdasarkan keyakinan dan kemampuan mereka. Penting untuk memahami bahwa Ngaben adalah bagian dari identitas dan jati diri masyarakat Bali, yang tidak hanya dilihat dari sisi ekonomis tetapi juga dari makna spiritual dan sosialnya. Upacara ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan bakti yang mendalam, yang menjadi landasan kehidupan masyarakat Bali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun