Mohon tunggu...
Luh Putu Pani Audina
Luh Putu Pani Audina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha

Saya adalah mahasiswi dari salah satu kampus yang terkenal di Bali yakni Universitas Pendididkan Ganesha atau biasa disebut UNDIKSHA. Saya lahir di Singaraja pada tanggal 5 Juni 2005 dan zodiak saya adalah zodiak yang dibenci banyak orang yaitu Gemini. Tidak banyak hal spesial yang bisa diceritakan dalam hidup saya tapi ingat "Life Must Go On".

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Harmoni dan Spritualitas: Catur Marga dan Tempat Suci dalam Agama Hindu

2 April 2024   22:02 Diperbarui: 2 April 2024   22:03 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agama Hindu, sebagai salah satu agama tertua di dunia, memiliki peran yang luas dalam memberikan pandangan dunia dan panduan bagi para penganutnya. Tidak hanya sebagai seperangkat keyakinan spiritual, tetapi juga sebagai sistem filosofis yang kompleks, Hinduisme menawarkan berbagai konsep dan praktek yang membentuk kehidupan rohani dan sosial individu.

Catur Marga Yoga berasal dari tiga kata, yakni "catur" yang berarti empat, "marga" yang berarti jalan, dan "yoga" yang berarti penyatuan atau penghubungan dengan Tuhan melalui pemusatan pikiran. Catur Marga Yoga adalah empat jalan untuk mencapai kesempurnaan hidup lahir dan batin.

Catur Marga merupakan gabungan dari dua kata, "catur" yang berarti empat, dan "marga" yang berarti jalan atau cara. Ini merujuk pada empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sumber ajarannya adalah Kitab Bhagavad Gita, terutama pada bagian Trayodhayaya yang membahas tentang Karma Marga, yakni sistem yang membedakan perbuatan baik dan buruk.

Bagian-Bagian Catur Marga Yoga

Catur Marga Yoga memiliki empat bagian, di antaranya:
1. Bhakti Marga Yoga, yang merupakan cara untuk menyatukan atman dengan Brahman melalui sujud bhakti yang tulus, cinta kasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa, dan pelaksanaan Tri Sandya. Orang yang mempraktikkan Bhakti Marga Yoga disebut bhakta, yang memiliki cinta kasih tulus kepada Tuhan, alam semesta, dan semua ciptaan Tuhan. Terdapat dua tingkatan bhakti, yaitu Para bhakti (utama) dan Apara bhakti (tidak utama). Para bhakta cenderung sedikit terlibat dalam ritual tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan disiplin dalam melaksanakan ajaran agama.
Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan Para bhakti antara lain memiliki kendali yang baik atas perbuatan, ucapan, dan pikiran (Trikaya Parisudha) serta aktif dalam praktik seperti Drwya Yadnya, Jnana Yadnya, dan Tapa Yadnya. Sementara itu, bhakta yang melaksanakan Apara bhakti cenderung lebih terlibat dalam ritual seperti upacara Panca Yadnya dan menggunakan berbagai simbol (niyasa).

2. Karma Marga Yoga adalah proses menyatukan atman dengan Brahman melalui perbuatan tanpa ikatan, tulus, dan penuh dengan amal kebajikan serta pengorbanan. Dalam Bhagavadgita, Karma Yoga dijelaskan sebagai melakukan kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya untuk mencapai yang utama.
Orang yang mempraktikkan Karma Marga Yoga disebut karmin, yang selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan tanpa mengharapkan balasan. Terdapat dua jenis karma dalam ajaran ini: Karma Nirwitta (bebas dari harapan atau hasil) dan Karma Prawritha (masih terikat oleh hasil). Karmin yang bertindak dengan tulus ikhlas akan menerima pahala berlipat ganda dan mencapai kesucian lahir batin dengan kedamaian dan kebahagiaan.

3. Jnana Marga Yoga merupakan metode untuk menyatukan jiwa individu (atman) dengan kesadaran kosmik (Brahman) melalui pengetahuan spiritual dan pemahaman filsafat yang bertujuan untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan materi. Seseorang yang mempraktikkan Jnana Marga Yoga disebut sebagai jnanin, yang memiliki pengetahuan spiritual untuk mencapai pemahaman yang utuh dan membebaskan diri dari pengaruh karma.

4. Raja Marga Yoga merupakan metode untuk menyatukan atma dengan Brahman melalui pengendalian diri, pengendalian pikiran, dan disiplin diri dengan mendalami latihan tapa, brata, yoga, dan samadhi. Tapa dan brata adalah latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu menuju arah yang positif sesuai ajaran kitab suci, sedangkan yoga dan samadhi adalah latihan untuk menyatukan atman dengan Brahman melalui meditasi atau pemusatan pikiran.
Seorang yogi dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui Astanga Yoga, yang terdiri dari delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astanga Yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya yang dikenal sebagai Yoga Sutra Patanjali.

Bagian-bagian dari ajaran Astangga Yoga terdiri dari:
a. Yama: Larangan yang bersifat jasmani, seperti larangan membunuh, berbohong, mengingini yang bukan miliknya, berhubungan seksual, dan menerima pemberian dari orang lain.
b. Nyama: Pengendalian diri yang bersifat rohani, termasuk menjaga kesucian, kepuasan dengan apa yang ada, belajar kitab suci, dan bhakti kepada Tuhan.
c. Asana: Sikap duduk yang benar, teratur, dan disiplin.
d. Pranayama: Pengaturan napas untuk ketenangan pikiran dan kesehatan dengan menarik, menahan, dan mengeluarkan napas.
e. Pratyahara: Pengendalian indriya dari ikatan objek untuk melihat hal-hal suci.
f. Dharana: Konsentrasi pikiran pada objek atau cakra dalam Istadevata.
g. Dhyana: Pemusatan pikiran yang tenang pada suatu objek.
h. Samadhi: Penyatuan atman dengan Brahman, dimana melalui latihan yang sungguh-sungguh, seseorang dapat menerima getaran suci dan wahyu Tuhan.

Implemestansi Ajaran Catur Marga Yogi dalam Kehidupan Hindu

1. Bhakti Marga Yoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun