“Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga!”
Tiga frase yang dahsyat sekali jika kita bisa melaluinya. Kalau tidak salah, saya pertama kali membaca kalimat ini di kaos Joger Jelek - si pabrik kata-kata di Bali.
Kalau boleh saya ubah sedikit redaksinya menjadi, "Muda foya foya, tua kaya raya, mati khusnul khotimah", mungkin akan lebih enak didengar.
Saya pernah bertanya pada seorang ustadz – “Ada nggak ya pak ustadz manusia yang sekti seperti yang digambarkan tiga frase tersebut, "Muda foya foya, tua kaya raya, mati khusnul khotimah" ?”
Kata pak ustadz tidak mungkin, akhir hidup seorang hamba Allah itu mencerminkan kehidupannya selama didunia. Artinya jika hidup didunia penuh foya-foya, jauh dari ibadah, jauh dari Allah, pasti matinya nggak jauh beda sama kehidupan yang dilaluinya, yaitu jauh dari Allah, jauh dari khusnul khotimah.
Tapi jika hidupnya penuh dengan ibadah kepada Allah maka Insyaallah akhir hayatnya pun akan selalu dalam rahmat dan lindungan Allah. (Oh, gitu yah....)
----------
Almarhum Prof. Mr Kasman Singodimejo, pernah berkata: “Dalam Islam itu yang penting matinya khusnul khatimah. Hidupnya sebelumnya bejat, nggak jadi soal. Yang penting matinya khusnul khatimah. Tapi masalahnya, tahukah saudara, kapan saudara akan mati?".
Yup bener juga, kita nggak tahu kapan kita mati.
Tapi saya masih penasaran dengan 3 frase tersebut, masa nggak ada sih disekian juta manusia – Allah menunjukkan kebesarannya ke satu-dua manusia pilihan yang bener-bener merasakan nikmat hidayah Allah di akhir hayatnya?
Saya jadi ingat dengan satu nama, Bangun Sugito Tukiman, pria yang lahir di Biak Papua 1 November 1947 – yang kita kenal dengan Gito Rollies. Beliau meninggal pada tanggal 28 Febuari 2008 diusianya yang ke 60.
Bangun Sugito Tukiman, adalah salah satu nama dari sekian juta penduduk negeri ini yang terhipnotis oleh musik rock (barat). Figur The Rolling Stones, dengan lead vocal-nya Mick Jagger, menjadi idolanya sejak remaja.
Sejak remaja Bangun Sugito tinggal di Bandung, terkenal sangat berandal. Aksi nekatnya tercatat di tahun 1967, yang memembuat kota Bandung gempar, saat itu ketika dirinya yang mendapat cap “Siswa Bengal” ternyata termasuk salah satu siswa yang lulus dari SMA-nya. Maklum Daftar kenakalannya lebih panjang dari daftar absen murid dikelasnya, sehingga ia tak yakin jika namanya akan tertulis di papan pengumuman kelulusan.
Kesukacitaan atas kelulusannya dilampiaskan dengan gaya ala rocker, dengan melakukan aksi tanpa busana sambil naik sepeda motor mengelilingi kota kembang (tempointeraktif.com).
Saat dia berkibar dengan grup musiknya The Rollies, dia hidup bergelimang harta dan ketenaran, kehidupan mudanya penuh dengan hura-hura. Bahkan pernah dia mengatakan disuatu interview, “Tiap Jumat siang kami berangkat ke daerah Puncak Bogor untuk pesta miras dan narkoba”.