Tapi siapa yang menyangka, di tahun 1995, atau tepatnya setelah 10 November 1995, Si Rocker satu ini baru benar-benar berhenti mengkonsumsi drugs dan alkohol, setelah mengalami sebuah peristiwa yang memembuatnya shock lahir batin.
Ceritanya, sepulang dari konser Hari Pahlawan di Surabaya, di bawah pengaruh narkoba, Gito Rollies selama tiga hari mengalami ‘fly berat’ akibat ngedrugsnya. Dia tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, selama tiga hari itu antara sadar dan tidak sadar dia tersiksa dan dia merasakan semua kelakuannya di masa lalu seperti diputar di depan matanya. “Saya takut sekali,” ujarnya seperti diungkapkan kepada koran Tempo.
Perubahan yang terjadi pada sosok Gito Rollies sedemikian dahsyatnya. Dunia hiburan Indonesia, tak percaya - seorang Rocker yang bisa berubah menjadi “ustadz” dan berdakwah kepada teman-teman seprofesinya.
Gito Rollies meninggal saat sedang berdakwah. Beliau meninggal akibat penyakit kanker getah bening. Luar biasa, penyakit kanker getah bening yang terus menggerogoti tubuhnya tidak menyurutkan semangat dakwahnya.
"Muda foya foya, tua kaya raya, mati khusnul khotimah". Mungkin pas untuk menggambarkan kehidupan seorang Bangun Sugito ini. Aamiin.
------------
Kematian adalah misteri illahi, tidak ada yang tahu kapan kita mati. Lain cerita jika usia kita sudah tua, tanda-tanda kematian kadang sudah diperlihatkan oleh Allah.
Sebagian Para Nabi berkata kepada Malaikat pencabut Nyawa. “Tidakkah Kau memberikan Aba-aba atau peringatan kepada Manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati?”
Malaikat itu menjawab. “Demi Allah, aku sudah memberikan aba-aba dan tanda-tandamu yang sangat banyak berupa penyakit, uban, kurang pendengaran, penglihatan mulai tidak jelas. Semua itu adalah peringatan bahwa sebentar lagi aku akan menjemputnya. Apabila setelah datang aba-aba tadi ia tidak segera bertobat dan tidak mempersiapkan bekal yang cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukan kah aku telah memberimu banyak aba-aba dan peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir, setelah ini tidak akan datang peringatan lainnya “ (HR imam qurthubi)
--------
Diusia kita yang terus berkurang, jika boleh meminta – semoga Allah mematikan kita dengan khusnul khotimah. Menghadapi sakratul maut adalah menghadapi nyeri dan rasa sakit yang sangat luar biasa dahsyatnya. Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002), skala nyeri divisualkan dengan angka dari 0 sampai dengan 10, dimana nilai 0 adalah tidak nyeri, dan nilai 10 adalah nyeri yang amat sangat – yang mana si pasien ini sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, hanya diam tiada berkata bahkan bergerak karena nyerinya – mungkin sakratul maut terletak di angka 1.000.000 ! Wallahua’lam.
Saya jadi teringat, ada ayahanda dari seorang teman, yang meninggal di saat sholat, Subhanallah mungkin beliau tidak merasakan nyeri sakratul maut yang kita tidak bisa ukur tingkat nyerinya tadi. Ada kisah tentang sahabat nabi, sahabat Ali bin Abi Thalib, ketika itu beliau terkena anak panah yang menembus tubuhnya. Ketika anak panah tersebut mau dicabut oleh sahabat lainnya, beliau meminta – cabutlah ketika aku sholat. Kemudian Ali mendirikan sholat sunah dengan khusuknya, maka dicabutlah anak panah tersebut. Ketika selesai dari shalatnya, sayyidina Ali bertanya kepada para sahabat, - ”Sudahkan kalian cabut anak panah tersebut?” - Dan para sahabat menjawabnya, “sudah.” Sedemikian shalatnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib, hingga tembusan anak panah pun tidak dirasakan menyakitkan dan bahkan beliau bisa menyelesaikan sholat sunahnya.
Indah rasanya mengenang kembali kisah beliau beliau diatas. Hidayah dan rahmat Allah yang diberikan pada manusia manusia pilihanNya.