[caption id="attachment_93060" align="alignleft" width="500" caption="Sumber:Facebook"][/caption]
Apa yang kita lihat pada orang yang jatuh cinta, sering kali orang yang jatuh cinta, akan membenarkan semua perbuatan yang dilakukan oleh orang yang dicintainya, maka dicari-carilah alasan pembenaran. Seolah-olah orang yang dicintainya tidak pernah berbuat kesalahan. Jikapun orang yang dicintainya berbuat kesalahan maka akan selalu ditafsirinya dengan berbagai alasan pembenaran, kejahatanya selalu punya segi lain yang layak dimaafkan.
Sedangkan kebajikannya yang hanya sedikit bisa menjadi lebih banyak dari buih dilautan. Bahkan ada yang rela mati demi cinta walau terkadang sayang, orang yang dicintainya meninggalkannya begitu saja. Cinta yang telah mapan tidak mengenal sesuatu yang ma’ruf dan tidak mengingkari sesuatu yang mungkar. Kesalahan yang dilakukan oleh sang kekasih adalah kebajikan. Sedangkan kebajikan yang dilakukan oleh kekasih dijadikan sebagai obat penyembuh luka.
Lihatlah orang yang jatuh cinta dengan penyanyi, orang yangjatuh cinta akan membeli CD, syair atau lagu dan bahkan ia hafal semua syair dan lagunya, album keberapa, judul dan lagu andalannya. Jika ia jatuh cinta dengan pemain sepak bola maka ia hafal sampai kepada nama-namaisterinya, punya anak berapa, berapa harga kontraknya. Bahkan gambarnya bertebaran didinding kamarnya.
Sebaliknya, kebencian terhadap seseorang laksana seorang hakim yang tidak adil atau penguasa yang tiran. Kebenciannya terhadap orang lain akan membakar semua kebaikannya laksana api membakar rumput kering, tidak ada satupun sisi positifnya. kejujuranya dianggap kecurangan, keikhlasannya dianggap sebagai sifat munafik, kekayaanya dianggap hasil dari mendhalimi orang, ketulusannya dianggap ada sesuatu yang disembunyikan dan lain sebagainya.
Jika anda pernah membaca membaca roman percintaan dua anak manusia Qais dan Layla, terlepasbanyak yang mengkritik roman tersebut karena tidak sesuai dengan norma-norma islam, mereka berduatelah dibutakan mata karena cinta, sebagai mana Fir’aun yang buta karena kedudukannya, Qarun karena hartanya. Lalu adakah yang mencintai karena Allah SWT, mereka pun tidak kurang jumlahnya. Muhajirin dan Anshar yang dipersaudarakan Rasulullah, bahkan rela membagi kebun yang dipunyainya. Orang-orang Anshar lebih mengutamakan kepetingan Muhajirin dari kepentingan mereka sendiri. Kepentingan orang yang dicintainya jauh lebih diutamakan dari kepentingan dirinya sendiri. Sebesar apapun kumis calon mertua tak pernah ditakuti oleh mereka sang pemuja cinta, hujan badai bukan penghalang bagi mereka yang sedang jatuh cinta, itulah kekuatan cinta.
“Mata cinta melihat segala sesuatu menjadi nampak indah, sedangkan mata benci melihat sesuatu menjadi buruk”. Hal yang sering kita lupakan adalah cinta dan benci kita bukan karena Allah, tetapi karena-karena yang lain.
Kita tentu sudah sering membaca, mendengar bagaimana sikap Ali. RA. Dalam suatu peperangan hampir saja ia dikalahkan oleh seorang yahudi tetapi akhirnya Ali. RA dapat membantingnya dan siap menebas pedang, dalam keadaan tersudut sang yahudi meludahnya, Ali RA. Lalu meninggalkanya, ketika ditanyakan oleh yahudi apa yang menyebabkanya ia berbuat demikian Ali RA. berkata “Aku khawatir jika aku membunuh mu bukan karena Allah, tapi karena kamu meludah wajah ku”. Akhirnya sang yahudi pun masuk islam.
Subhanallah….
Sungguh alangkah indahnya islam jika kita sudah menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Katakan yang benar itu benar yang salah itu salah, marilah kita memenej “CINTA DAN BENCI KITA KARENA ALLAH” agar Islam menjadi agama yang paling indah.
Salam CINTA
Inspirate of Metro TV.
13 Jumadil Awal 1432 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H