Mohon tunggu...
Ibnu Abdullah
Ibnu Abdullah Mohon Tunggu... -

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah (sunnah)aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali 'Imran:31)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS, Demokrat Mereka bukan Malaikat

25 Mei 2011   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:15 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu wawancara di Metro TV, Bapak Hidayat Nurwahid menjawab mengenai perpecahan yang ada ditubuh partai berlambang bulan sabit dan padi itu, dan beliau mengatakan tidak ada, ketika di kejar mengenai adanya faksi keadilan dan faksi sejahtera, beliau juga menjawab tidak ada, ketika ditanya adakah yang berperilaku pragmatis didalam partai keadilan sejahtera beliau menjawab, PKS itu bukan kumpulan para malaikat, sama seperti manusia lain.

Jadi bagaimana dengan Demokrat? Sama jawabannya mereka juga bukan malaikat.

Inilah yang tidak dipahami oleh banyak orang Indonesia, ketika pemilihan umum tiba, seharusnya para pemilih dapat membedakan antara partai politik dengan orang-orang yang akan dipilih.

Banyak pemilih di negara tercinta ini, yang tidak rasional dalam menentukan pilihan, hanya ikut-ikutan, atau terpengaruh oleh beberapa lembar fulus yang sangat tidak seberapa, padahal mudharat dan mafsadatnya jauh lebih banyak ketika orang tersebut terpillih.

Tetapi apa lacur nasi sudah menjadi bubur, kata Aa Gym dari pada menggurutu, lebih baik menambahkan rempah-rempah bin bumbu lalu masukkan ayam, dan hal-hal lain yang menjadikan bubur ayam jauh lebih enak untuk dimakan,menggurutu dan menyesal tidak akan pernah membuat bubur menjadi nasi kembali. Ok. Bukan Aa Gym yang ingin saya ceritakan disini. Saya ingin bicara wakil rakyat yang katanya kumpulan orang-orang terhormat, bukan sarang penjahat kata Priyo Budi Santoso.

Ketika orang tersebut dipilih dan terpilih duduk sebagai wakil rakyat, mereka pun dicaci maki, dan sumpah serapah dialamatkan kepada mereka disebabkan dari ulah mereka sendiri.

Dan ketika sumpah serapah tak pernah di indahkan oleh pribadi-pribadi wakil rakyat, mulailah dengan mencaci maki partai secara umum, sampai suku-suku orang tersebut dilabeli, dasar arab, dasar onta, dasar batak.

Hups.... Yang bersalah orangnya kenapa arab dan onta yang di bawa-bawa, yang nggigau kan orangnya kenapa batak yang diseret-seret,dan anehnya mengaku berpendidikan. Seolah yang berpendidikan lebih terhormat, lebih santun, dan beradab.

Padahal suku-suku yang "katanya" tertinggal dan tak berpendidikan jauh lebih santun dan beradab, tidak menggunakan kosa kata kebun binatang, yang binatang sendiri mungkin akan protes jika tahu karena namanya diikut sertakan.

Jadi mengapa mencaci maki, itu hanya menguras energi, teriak -teriak dijalan terkadang hanya dianggap anjing menggongong kafilah berlalu.

Mungkin anda katakan saya salah, buktinya di timur tengah pemimpin bertumbangan akibat teriakan rakyatnya, atau anda katakan anda lupa, jika pemimpin 32 tahun kita tumbang juga akibat teriakan rakyat dan mahasiswa.

Sungguh saya tidak lupa, tetapi menghabiskan energy dijalanan kurang baik menurut saya, tidak akan membawa perubahan apa-apa selain menyebabkan hipertensi bagi diri sendiri.

Dan menurut hemat saya, jika watak dari pribadi-pribadi bangsa negara kita ini tidak mau berubah, jangan harap kita berubah dan merubah negara ini tidak bisa dengan teriak-teriak dijalanan, demontrasi, unjuk rasa atau apa pun namanya.

Kesalahan kita selama ini bukan pada para pemimpin atau wakil kita, tetapi pada kita sendiri, mengapa memilih mereka. Bukankah mereka wakil-wakil kita, diantara kita ada ustadz, kiayi, pendeta, maling bin garong, rampok,copet dan lain sebagainya. Jadi sangat wajar mereka para wakil kita ada yang seperti Ustazd, Kiayi, pendeta,maling, rampok, copet.

Namanya saja wakil, tentu saja menyerupai yang diwakilinya, jika banyak pencuri di senayan bukan salah mereka, salah kita ! mengapa memilih mereka. jadi apa saja yang dilakukan mereka di senayan itu adalah cerminan kita. jadi berkacalah.

Inilah Indonesia dengan segala aneka ragamnya, ini bukan kampung ustazd, tetapi juga bukan kampung maling.

Dan yang harus kita ingat adalah kedepan pilihlah kucing yang mau menangkap tikus! Mao Zedong mengatakan "Tak peduli ia kucing hitam atau kucing putih yang menangkap tikus itu kucing yang baik"

Pilihlah orangnya jangan pilih partainya, jadi ketika mereka mengambil keputusan apapun mereka bukan mewakili partainya tetapi mewakili kita, gimana bisa tidak? Kalau tidak bisa tidak apa-apa.

Sebagai bangsa Indonesia kita masih beruntung Cuma punya satu gayus, kita Cuma satu cirus, kita Cuma punya ruhut.

Tetapi sayang kita cuma punya satu Machfud.

Jadi bagaimana? Nah ini Aa Gym lagi" mulai lah dari diri sendiri" jangan cuma menunjuk, peribahasa mengatakan telunjuk lurus kelingking berkait.

Jadi jangan berpikir merubah Negara, jika merubah diri sendiri saja tidak bisa,

Coba baca kalimat-kalimat dibawah ini siapa yang ungkapkan? Silahkan cari sendiri.

"Ketika masih remaja saya berpikir dunia ini sangat kacau lalu saya ingin merubahnya, dan ketika saya sudah dewasa saya berpikir Negara saya sangat kacau dan saya ingin merubahnya, dan ketika saya sudah tua saya berpikir keluarga saya sangat kacau ,saya ingin menrubahnya, ketika saya mau meninggal saya baru berpikir mengapa saya tidak merubah diri saya sendiri? Dengan merubah diri saya mungkin keluarga saya akan berubah, lalu negara saya berubah dan akhirnya duniapun berubah"

Bagaimana mau berubah?

Salam Perubahan........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun