Mungkin anda katakan saya salah, buktinya di timur tengah pemimpin bertumbangan akibat teriakan rakyatnya, atau anda katakan anda lupa, jika pemimpin 32 tahun kita tumbang juga akibat teriakan rakyat dan mahasiswa.
Sungguh saya tidak lupa, tetapi menghabiskan energy dijalanan kurang baik menurut saya, tidak akan membawa perubahan apa-apa selain menyebabkan hipertensi bagi diri sendiri.
Dan menurut hemat saya, jika watak dari pribadi-pribadi bangsa negara kita ini tidak mau berubah, jangan harap kita berubah dan merubah negara ini tidak bisa dengan teriak-teriak dijalanan, demontrasi, unjuk rasa atau apa pun namanya.
Kesalahan kita selama ini bukan pada para pemimpin atau wakil kita, tetapi pada kita sendiri, mengapa memilih mereka. Bukankah mereka wakil-wakil kita, diantara kita ada ustadz, kiayi, pendeta, maling bin garong, rampok,copet dan lain sebagainya. Jadi sangat wajar mereka para wakil kita ada yang seperti Ustazd, Kiayi, pendeta,maling, rampok, copet.
Namanya saja wakil, tentu saja menyerupai yang diwakilinya, jika banyak pencuri di senayan bukan salah mereka, salah kita ! mengapa memilih mereka. jadi apa saja yang dilakukan mereka di senayan itu adalah cerminan kita. jadi berkacalah.
Inilah Indonesia dengan segala aneka ragamnya, ini bukan kampung ustazd, tetapi juga bukan kampung maling.
Dan yang harus kita ingat adalah kedepan pilihlah kucing yang mau menangkap tikus! Mao Zedong mengatakan "Tak peduli ia kucing hitam atau kucing putih yang menangkap tikus itu kucing yang baik"
Pilihlah orangnya jangan pilih partainya, jadi ketika mereka mengambil keputusan apapun mereka bukan mewakili partainya tetapi mewakili kita, gimana bisa tidak? Kalau tidak bisa tidak apa-apa.
Sebagai bangsa Indonesia kita masih beruntung Cuma punya satu gayus, kita Cuma satu cirus, kita Cuma punya ruhut.
Tetapi sayang kita cuma punya satu Machfud.
Jadi bagaimana? Nah ini Aa Gym lagi" mulai lah dari diri sendiri" jangan cuma menunjuk, peribahasa mengatakan telunjuk lurus kelingking berkait.