Mohon tunggu...
M. Falih Winardi
M. Falih Winardi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Pebisnis, Penulis, Desainer Grafis

Tidak bisa mencintaimu bukanlah musibah. Tidak bisa mencintai proses adalah musibah yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dara-Dara Desember

15 Januari 2025   04:46 Diperbarui: 15 Januari 2025   04:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kahuripan Nirwana di akhir pekan/Dokumen pribadi

"Sering jogging disini ya mbak?" Tanyaku agak belibet dan plegak-pleguk.

"Ehm...apa, Mas?" Dhea mencoba mengulangi pertanyaannya agar tahu jawabanku yang lebih jelas.

"Sering Jogging Disini Ya Mbak?" jelasku pakai sedikit 'capslock' tapi tanpa ngegas.

"I-iya." Giliran Dhea yang nampak belibet.

"Sudah berapa putaran?" Kutanya lagi dengan sok asyik dan berusaha menyentuh perasaannya.

"Sudah 10 kali sih, Mas!" Mak Jleb! Aku yang sekali putaran sudah ngos-ngosan pun sedikit terusik aura keminderannya. Padahal fisikku lebih tinggi dari wanita itu.

Dhea sangat bisa meresponku. Dia lancar sekali berbicara dengan lelaki asing yang mendekatinya 10 detik yang lalu, yaitu aku. Dhea bahkan berani menanyai umurku. Aku pun terus mengajak Dhea berbicara sampai dia kembali ke teman-temannya. Kita sempat berpisah. Aku kembali ke parkiran, dia di ujung jalan asyik bercengkerama.

Saat aku sudah jauh dari kawasan KH, di jalanan aku terpikirkan untuk kembali mengobrol dengan wanita itu. Dia hangat dan asyik. Tak seperti kebanyakan wanita. Aku lantas memutar balikkan motorku dan kembali ke KH.

Kini motorku kuparkir dekat dengan tempat dimana Dhea menaruh motornya. Aku melihat dia masih asyik bercanda dengan teman-temannya. Aku tanpa panjang pikir duduk di hadapannya sambil membawa sebotol kopi dingin guna meredakan 'panas hati'. Kopi tadi adalah antisipasi ketika suasana gagal hangat. Aku pasti akan panas hati karena kebanyakan dikacangin. Aku masih bisa mendinginkan pikiran dengan kopi itu.

Pertanyaan demi pertanyaan kulontarkan. Aku bahkan menantang diriku untuk sesekali ngobrol dan berkenalan dengan teman-teman Dhea. Diketahui juga, aku dan mereka berasal dari SMA yang sama. Mereka semua adalah kakak kelasku yang jaraknya lebih tua 2-3 tahun. Fakta itu benar-benar membuat kita banyak topik dan tak kehabisan bahan obrolan selama 20 menit.

Pada hari itu, aku dikelilingi banyak wanita berawalan huruf 'D'. Dhea kemudian didatangi oleh temannya yang lain yang bernama Dina. Parasnya sangat cantik dengan kacamata. Dina juga ramah. Aku berhasil memulai obrolan dan dia berhasil meresponku. Sekali lagi, aku dengannya mudah cair karena suatu kesamaan. Yakni berasal dari sekolah yang sama. Sesekali kita membahas keadaan sekolah terkini, guru kelas masing-masing, dan guru killer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun