Mohon tunggu...
Dipu Pata
Dipu Pata Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Maaf, ruangan ini bukan kantor. Bukan juga tempat kerja. Jadi buat apa terlalu serius?

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Halte dan Sisa Pembalut di Bulan

31 Maret 2014   19:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/Kau pernah jatuh cinta, Ciga?

//Sekali. Di bulan.

/Lalu senang?

//Sekali! Kau?

/Aku akan menikahi halte.

//Maksudmu?

/Dengan mengikatnya, cinta, aku, dan halte jadi tak terpisah. Bukan begitu?

//Sejatinya iya. Hanya saya ikatan kadang tak sebenarnya hebat.

/Jangan merayu sayu! Selera kalimatmu masih seunyu-unyu dahulu.

//Oh iya, ceritakan kisahmu!

/Kami bertemu dulu. Dua hari. Kami berangkat disana. Pun kita pulang bersama. Merasa senang. Aku mencium. Dia memeluk. besoknya dia kemudian hamil.Kata dokter, rinduku laki-laki.

//Secepat itu?

/Bingung juga. Mungkin pandangan pertamaku terjadi ketika masa subur. Dan oleh karena itu aku tidak bisa kabur. Atau mundur.

//Benar darah dagingmu?

/Emm,tak usah buru-buru cemburu. Bukahkan anak atau rindu itu sama? Berasal dari hasil jatuh suka. Sebuah simbiosis. Penyatuan yang unik, abstrak, dan apalah.

//Begitukah?

/Kau sendiri, akan ke bulan lagi, Tanta?

//Mungkin. Dalam waktu jauh. Itu juga kalau aku tak jenuh. Bulantempat paling teduh. Sayang disana tidak ada sapu. Rabu. Serta ragu-ragu.

/Mengapa kau tidak mencari bintang saja? Di udara bahkan laut, mereka merumahkan diri. Jadi kau tak perlu bersusah repot.

//Tapi Bulan itu istimewa. Bulat, artinya dia halus. Tidak seperti bintang yang runcing dan bertangan lima. Sementara bulan, Umurnya kelipatan empat belas. Seperti rindu yang merapat tak selalu saling membalas.

/Hati-hati lho! Kadang rindu adalah jalur patah hati paling keji kala kata luka lara.

//Lha kenapa?

/Orang bisa menciptakan hal luar biasa saat patah hati. Termasuk memetik rembulan. Dan orang tak perlu jalur janur melengkung untuk mencari dewasa ayu buat saling mempersunting.

//Apa iya bulan akan selingkuh? Meski dia cantik tapi dia setia kok!

/Bagaimana kau tahu dia perempuan?

//Aku pernah liat ia memakai pembalut di sasih kelima.

/Oh benarkah? Ciga, keningmu sepertinya panas.

//Tidak Tanta, kening kita. Mungkin terlalu larut dalam rata kata kiri kanan. Sementara klausamu terlalu lemah untuk menjamah ruang spasi.

/Sudah-sudah. Haltemu adalah subjek yang sulit teranalisa. Sementara rembulan menjadi keterangan tempat paling misterius. Mereka perdua tanpa predikat yang berasal dari kata kerja berawalan cinta berbentuk segitiga.

//Baiklah.Mari berjalan pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun