Berkembangnya industri perfilman memang tak ada habisnya bila dibicarakan. Kita dapat merasakan perubahan tersebut setiap dekadenya. Baik dalam segi plot cerita, kualitas gambar, alur, hingga karakter yang digambarkan tentunya mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan teknologi tentunya sangat menentukan perkembangan film dan berbagai ragam bentuknya (Vita, 2022).
Menilik industri perfilman di Indonesia, banyak sekali artis-artis ternama yang sudah berkarya melalui layar kaca sejak 1926. Dari Rano Karno, Christine Hakim, Lydia Kandou, Yessy Gusman, hingga artis yang saat ini sedang naik daun seperti Prilly Latuconsina, Vino G. Bastian, Reza Rahardian hingga Iqbaal Ramadhan kini turut mewarnai industri layar lebar.
Berbicara mengenai Rano Karno, tentunya nama tersebut sudah tidak asing di telinga kita. Berbagai film ternama sukses diperankan olehnya, salah satunya berjudul Gita Cinta dari SMA yang dirilis pada tahun 1979 dan juga diperankan oleh Yessi Gusman.
Film tersebut mengisahkan tentang kisah cinta dua pelajar SMA yakni Galih (diperankan Rano Karno) dan Ratna (diperankan Yessi Gusman). Galih dan Ratna merupakan bintang kelas, dan menjadi murid teladan di SMA-nya. Namun sayang, hubungan keduanya tidak direstui oleh ayah Ratna. Mereka pun mencoba untuk tetap bersama dengan berbagai cara, hingga akhirnya membuahkan hasil yang manis.
Banyak film Indonesia yang mengangkat genre romantis dan mengisahkan kisah cinta SMA. Salah satu film yang mengambil latar belakang SMA lainnya adalah Ada Cinta di SMA yang tayang pada tahun 2016. Diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, Caitlin Halderman dan sederet bintang remaja lainnya, film tersebut sukses mengisahkan tentang perjuangan Iqbal (diperankan Iqbaal Ramadhan) bersaing dengan Ayla (diperankan Caitlin Halderman) dalam menjadi ketua OSIS, serta kisah asmara remaja yang berhasil membuat penonton tersenyum manis.
Film Ada Cinta di SMA dirilis pada abad yang berbeda dari Gita Cinta dari SMA, dan tentunya latar belakang serta aspek-aspek dalam masing-masing film pun berbeda. Adanya perbedaan jaman produksi dan tayang menjadi pembeda utama dari kedua film tersebut.
Paradigma
Aspek pembeda yang pertama adalah paradigma. Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyebutkan bahwa paradigma menjadi tujuan pelaksanaan suatu penelitian. Dalam film, paradigma digunakan untuk menganalisis persepsi suatu film.
Harmon (dalam Moleong, 2004) menyebutkan bahwa paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan hal yang berkaitan dengan realitas.
Pada dasarnya, paradigma adalah seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian (Vita, 2022).
Dalam Gita Cinta dari SMA, film tersebut menggunakan paradigma fungsionalisme. Galih dan Ratna merupakan remaja SMA yang saling jatuh cinta. Banyak adegan yang menampilkan momen romantis keduanya, seperti pada adegan pulang bersama. Walaupun banyak siswa lain yang mengajak Ratna pulang bersama dengan menaiki mobil atau Vespa, ia tetap memilih untuk pulang bersama Galih yang hanya membawa sepeda.