Mohon tunggu...
Yavet Panggalo
Yavet Panggalo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demi Lancarnya Arus Mudik dan Arus Balik Butuh Keseriusan Pemerintah 

24 Juli 2015   08:25 Diperbarui: 24 Juli 2015   08:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, arus mudik dari Jakarta ke sejumlah daerah mencapai puncaknya. Pemudik membanjiri beberapa ruas jalan utama penghubung antarkota, khususnya di Pulau Jawa. Tak hanya di jalur darat, kepadatan arus mudik juga terjadi di moda transportasi udara, kereta api, dan laut. Fenomena itu terus terulang setiap mudik Lebaran. Puncak kepadatan pun selalu terjadi tiga atau dua hari (H-3 dan H-2) menjelang Lebaran. Sama seperti Lebaran sebelumnya, tahun ini puncak kepadatan pun terjadi pada H-3 dan H-2 saat pekerja ataupun karyawan di berbagai instansi mulai libur dan aktivitas perkantoran tutup. Pada puncak arus mudik tersebut, jutaan orang melakukan perjalanan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi menuju kampung halaman atau mengunjungi sanak famili. Puncak arus mudik Lebaran tahun lalu terjadi H-3 dan H-2 atau pada tanggal 25-26 Juli 2014. Saat puncak arus mudik itu, kemacetan terjadi di hampir semua ruas jalan utama ke luar Jakarta. Jarak Jakarta-Ciamis yang normalnya hanya ditempuh lima jam, menjadi 15 jam dengan kendaraan bermotor, sementara jarak Jakarta-Cirebon yang waktu tempuh normal lima jam harus ditempuh dengan waktu 13 jam. Kemacetan pun mengular dari mulut pintu tol hingga sepanjang 10 kilometer sebelum pintu tol.

Kementerian Perhubungan tahun lalu mencatat tak kurang dari 19,6 juta pemudik menggunakan sarana angkutan umum untuk berlebaran di kampung halaman mereka. Angka itu belum termasuk mereka yang menggunakan kendaraan pribadi dan sepeda motor yang tercatat 1,6 juta kendaraan roda empat dan 1,8 juta sepeda motor. Total penduduk yang melakukan aktivitas mudik Lebaran pada tahun lalu diperkirakan mencapai lebih dari 30 juta orang. Angkutan darat dengan menggunakan moda kereta api dan bus masih menjadi favorit pemudik, selain pesawat terbang. Pada musim Lebaran lalu, jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat 3.057 kasus. Jumlah itu menurun sekitar 17 persen dibandingkan tahun 2013 yang tercatat 3.675 kasus. Korban meninggal akibat kecelakaan itu sebanyak 538 jiwa atau menurun dibandingkan pada 2013 yang mencapai 686 orang.

Lebaran tahun ini, Kemenhub memprediksi jumlah pemudik yang menggunakan angkutan umum mencapai 20 juta orang atau mengalami kenaikan 2 persen dibandingkan tahun lalu. Kenaikan terbesar diprediksi terjadi pada moda kereta api yang meningkat hingga 8 persen, sementara penurunan penumpang terjadi pada moda angkutan bus yang turun 6 persen. Penurunan penumpang bus diperkirakan terjadi karena pemudik beralih pada kendaraan pribadi yang dinilai lebih efisien ketimbang menggunakan transportasi umum. Selain itu, simpul kemacetan pun diprediksi bergeser sejak dibukanya jalan tol baru Cikopo-Palimanan, pertengahan Juni lalu. Jika pada Lebaran sebelumnya simpul kemacetan masih di sekitar Simpang Jomin, Cikampek, Lebaran kali ini simpul kemacetan terjadi di pintu pembayaran di ruas tol baru tersebut, selain pintu keluar Tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah.

Pemerintah sebagai pengelola negara pun tampak sangat serius memperbaiki fasilitas yang digunakan masyarakat untuk menjalankan tradisi mudik Lebaran. Mulai dari pembenahan pelayanan angkutan umum, perbaikan dan penambahan infrastruktur jalan, serta fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, pemerintah terus memperbaiki dan mengoperasikan infrastruktur jalur baru mudik tahun ini. Salah satunya dengan dibukanya ruas jalan tol baru Cikopo-Paliman sepanjang 116 km. Tol itu sebagai solusi dari permasalahan kepadatan arus mudik lewat darat di jalur pantura tahun ini. Tak hanya itu., pemerintah juga menyiapkan skenario mengantisipasi kemacetan yang terjadi dengan menyiapkan 10 jalur alternatif untuk mengurai kemacetan di kawasan pantura, selain mengoptimalkan kapasitas ruas Losari-Pejagan-Brebes-Tegal dengan pengerasan bahu jalan. Selain mendorong dan memperbaiki pelayanan angkutan umum bagi pemudik, pemerintah juga memfasilitasi mudik gratis yang dilakukan perusahaan swasta atau instansi pemerintah saat mudik Lebaran.

Meningkatnya animo masyarakat yang ingin pulang kampung, tak pelak, tetap menyumbang terjadinya kemacetan di sejumlah ruas utama jalan, terutama di jalur pantura yang menjadi favorit pemudik. Berdasar pantauan Kementerian Perhubungan hingga H-4 Lebaran (13 Juli 2015), transportasi udara sudah memberangkatkan 2,1 juta pemudik, sementara moda kereta api juga telah memberangkatkan 2,2 juta orang. Adapun transportasi darat lainnya membawa 1,2 juta pemudik, kapal laut mengangkut 956.386 orang, dan penumpang angkutan penyeberangan tercatat 1,3 juta orang. H-4 Lebaran tahun ini, setidaknya terjadi 2.721 kecelakaan lalu lintas di seluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan 509 orang tewas dan 3.736 orang lainnya luka berat dan luka ringan. Sementara di ruas Tol Cipali, terjadi 62 kecelakaan lalu lintas yang merenggut 56 korban luka ringan, 11 luka berat, dan 12 meninggal. Menjamin kesuksesan dan kelancaran arus mudik dan arus balik adalah bagian dari tanggung jawab moral dan sosial negara. Sudah saatnya pemerintah tidak menyia-nyiakan momentum mudik Lebaran dan arus balik sebagai salah satu momen terbaik untuk memperlihatkan secara demonstratif semangat pelayanan dan pengabdian terhadap kepentingan warga masyarakat. Ekspresi sikap pelayanan dan pengabdian itu bisa dilakukan dengan mengurai kemacetan, memoles jalan bergelombang dan berlubang-lubang, serta menyediakan angkutan yang nyaman sehingga akan meminimalisir kecelakaan saat arus mudik dan arus balik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun