Mohon tunggu...
Panggah Ardiyansyah
Panggah Ardiyansyah Mohon Tunggu... -

seorang anak bangsa yang berusaha mengenal dan mencintai beragam budaya Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Geng Motor dan Pendidikan Pusaka

25 April 2012   06:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13353341991283301949

[caption id="attachment_184155" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: http://www.tribunnews.com/2012/04/16/anggota-dpr-minta-geng-motor-diungkap-hingga-akarnya"][/caption]

Akhir-akhir ini marak kita baca, dengar dan saksikan berita mengenai "keganasan" Geng Motor. Mirisnya lagi, kebanyakan dari anggota Geng Motor adalah mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Banyak diskusi dan solusi yang dilontarkan untuk mengatasi masalah Geng Motor ini. Banyak juga harapan dari masyarakat bahwa pihak polisi dapat melakukan penertiban terhadap Geng Motor yang berseliweran tiap malamnya. Akan tetapi, tindakan represif oleh polisi ini tidak akan terlalu berdampak apabila kita tidak mengurai inti dari permasalahan yang sebenarnya. Pertanyaan mendasar dari eksistensi Geng Motor ini adalah apakah para anggotanya, terutama yang masih bersekolah di sekolah tingkat menengah, tidak mempunyai kegiatan lain selain kumpul-kumpul nongkrong, balapan liar dan "kadang-kadang" melakukan tindakan kasar yang meresahkan warga sekitar. Apakah kemudian di keluarga dan sekolah mereka tidak diajarkan mengenai bedanya perilaku (dan kegiatan) yang baik dengan yang buruk?

Pendidikan moral di negeri ini, jujur diakui, memang masih menekankan pada aspek pengetahuan dan masih belum menyentuh pendidikan nilai dan moral. Terus apakah perlu kita memasukkan pendidikan moral ke dalam kurikulum di sekolah? Ternyata hal ini sudah pernah dilakukan di 13 Sekolah Dasar di Yogyakarta dengan nama Pendidikan Pusaka. Kegiatan ini diinisiasi oleh BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia) sejak tahun 2008.

Pusaka dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat diwariskan, dapat berbentuk bendawi maupun non bendawi. Contoh dari pusaka bendawi adalah batik, keris, wayang, dsb, sedangkan pusaka non bendawi dapat berupa tarian, lagu tradisional, permainan tradisional, dsb. Tujuan dari Pendidikan Pusaka sendiri bukan agar para siswa dapat menarikan tari tradisional atau membuat batik, tetapi lebih kepada pengenalan pusaka (atau bisa juga disebut sebagai "warisan", yang sama-sama merupakan padanan dari kata "heritage") kepada anak didik di SD untuk mengenal dan menumbuhkan rasa cinta kepada pusaka warisan budaya dan alam.

Pada tahap awal saat ini, Pendidikan Pusaka dilaksanakan dengan cara menyisipkan materi-materi mengenai pusaka/warisan ke dalam kurikulum baku yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Semisal pengenalan mengenai wayang dapat dilakukan melalui mata pelajaran Bahasa Jawa atau Bahasa Inggris. Dengan menyisipkan materi seperti ini, diharapkan para siswa akan dapat mengenal mengenai pusaka/warisan di daerahnya sendiri. Untuk kedepannya, BPPI bekerjasama dengan Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan berusaha untuk memasukkan Pendidikan Pusaka kedalam mata pelajaran dalam kurikulum baku yang ditetapkan. Informasi lebih jauh mengenai Pendidikan Pusaka dapat dilihat di sini.

Kembali ke permasalahan Geng Motor, akan sangat indah rasanya apabila para anggota Geng Motor mendapatkan Pendidikan Pusaka di sekolah dan keluarga mereka. Pendidikan tentang pusaka non bendawi seperti tutur kata, tata krama dapat diwariskan oleh orang tua dan guru mereka. Alangkah indahnya apabila para anggota geng motor ketika sedang nongkrong bukannya balapan liar tapi diisi dengan kegiatan sosial. Kegiatan sosial tidak harus sesuatu yang besar seperti menjadi relawan di daerah bencana, tapi cukup dengan sesuatu yang simpel saja seperti membantu orang tua menyeberang jalan, membantu memanggilkan taksi bagi yang membutuhkan, dan lain sebagainya. Memang kelihatan simpel dan tidak berarti, tetapi sering kah kita melihat para pemuda melakukan hal itu? Tentunya saat ini sangat jarang ditemui hal-hal kecil tersebut terutama di perkotaan. Alangkah indahnya dunia ini apabila generasi mudanya mampu menghargai budaya dan terutama nilai-nilai luhur yang diwariskan melalui Pendidikan Pusaka di keluarga dan sekolahnya.

Geng Motor dan Pendidikan Pusaka, pilih mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun