Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bertani di Ladang Orang

14 November 2024   13:09 Diperbarui: 16 November 2024   14:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu sering bantu desain backdrop untuk acara-acara di organisasi maupun di sekolah. Menggunakan laptop, saya belajar 98% dari internet, blog, forum, ebook. Mungkin hampir 80%nya saya belajar di YouTube.

Meskipun hingga detik ini saya bekerja sebagai "pekerja visual", saya tidak pernah klaim bahwa saya adalah desainer grafis, fotografer, videografer, atau "er-er" sejenisnya.

Saya punya semacam beban moral, tidak enak sama yang lain, utamanya dengan mereka para lulusan desain grafis, DKV, multimedia, atau semacamnya. Saya bukan lulusan itu, saya bukan orang yang berangkat dari bangku formal di bidang ini.

Sampai detik ini, saya masih sering khawatir dianggap mengambil lahan orang, maka dari itu selama ini juga saya lebih banyak bekerja secara underground. Bekerja secara diam-diam, bekerja dari proyek satu ke proyek lainnya tanpa tersentuh radar.

Tentu ini bukan tanpa konsekuensi, tanpa website, medsos, atau media publikasi lainnya orang lain menjadi tidak mudah menemukan portofolio saya. Sebuah akibat yang harus saya tanggung selama berprofesi.

Sempat sesekali menunjukkan karya saya di media sosial facebook, mengunggah hasil garapan branding (logo & seperangkat identitinya) sebuah brand karaoke di Bandungan, Semarang. Harapan saya, bisa mendapatkan feedback yang menyenangkan. Tapi, ya, yang saya dapatkan justru komentar-komentar yang tidak jelas-tidak membangun.

Ada yang bilang desain saya mirip dengan visual ini-itu, bahkan ada yang membandingkannya dengan desain obat batuk. Bukan berarti saya tidak tahan kritik---kritik itu perlu, malah saya menghargai karena justru kritik membantu saya untuk berpikir lebih kreatif.

Sampailah pada satu komentar yang agak brutal, "Biasane nyekel mesin kok ndadak engkek nyekel mouse barang" (biasa megang mesin kok sok-sokkan megang mouse komputer).

Ah Itu bukan sekadar komentar, tapi sindiran yang cukup menyadarkan saya pada ketidak enakkan tadi. Dari situ, saya semakin mantap untuk bekerja di bawah radar, biarlah karya saya bicara sendiri, walaupun tanpa eksposur.

Terlepas dari itu semua, poinnya bukan soal bukan lulusan ini atau lulusan itu. Poinnya adalah, bahwa dunia yang semakin progresif dan modern ini punya mekanisme baru yang memungkinkan kita belajar apa saja. Bahkan mau jadi apa saja, sekarang lebih mudah.

Teknologi memberi kita akses ke ilmu yang dulu hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang. Dan untuk keterampilan-keterampilan tertentu, ini adalah berkah. Selama punya kreativitas dan ketekunan, apa pun bisa dipelajari dari rumah, dari layar kecil di tangan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun