Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bayangkan, KAI Turut Berkontribusi Mencerdaskan Bangsa!

18 Oktober 2024   15:54 Diperbarui: 18 Oktober 2024   15:56 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pexels.com

Kalau bicara soal naik sepur atau kereta api di Indonesia, banyak kenangan seru yang terlintas di kepala. Salah satunya duduk nyaman di kursi, dengerin ritme roda kereta yang berjalan di atas rel, sambil menikmati pemandangan sawah yang luas dan pegunungan di kejauhan. Naik kereta api itu kayak dapat paket lengkap: bebas macet, nyaman, dan rasanya nostalgia masa kecil. Dari pengalaman saya, naik KAI selalu punya kesan tersendiri, mulai dari perjalanan ekonomi sampai luxury.

Dari masa ke masa, KAI memang sudah banyak berubah. Saya inget banget dulu naik kereta ekonomi rasanya kayak naik angkot tapi orang sekampung naik semua. Sekarang? jelas sudah jauh beda. Kelas ekonomi pun sudah nyaman, kursinya empuk, bersih, dan AC-nya mantap. Belum lagi kalau kita bicara soal kereta panoramic yang menyuguhkan pemandangan alam lebih luas dari balik jendela besar. Buat yang mau pengalaman mewah, ada compartment suite class dan luxury yang bikin perjalanan terasa kayak di hotel bintang tujuh.

Dari cerita manis itu, ada satu hal yang kadang membuat saya waswas, saya khawatir pas lagi enak-enaknya tidur-tidur ayam ada suara duak, dokk, pyarr! kaca jendela pecah karena dilempar batu oleh orang-orang tidak berperikeretaan. Ya, kadang ancaman pelemparan batu ini sering menghantui, makannya saya jarang sekali duduk di pinggir. Kadang walaupun dapat tiket di pinggir jendela saya sering tawarkan ke penumpang lain untuk tukar tempat duduk, kalau dia mau Alhamdulillah, kalau gak mau ya udah, dag dig dug serr!

Rasanya hal-hal seperti itu seharusnya bisa lebih diawasi oleh KAI. Mungkin perlu ada kerjasama lebih erat dengan aparat di jalur kereta, supaya aksi-aksi seperti itu nggak meresahkan penumpang. Ini salah satu tantangan buat pak Didiek Hartantyo x Kompasiana untuk memastikan ancaman-ancaman ini tidak lagi ada. Kalau dibayangan saya mungkin diluar jendela diberi teralis dari besi, atau kacanya diberi lapisan kaca plastik yang lentur atau bagaimana ini hanya imajinasi saya, lupakan.

Terlepas dari kekhawatiran itu, saya punya ide yang mungkin bisa bikin perjalanan kereta makin asyik. Gimana kalau KAI bikin perpustakaan kecil di gerbong? Ya setidaknya daripada sibuk main HP atau nonton tayangan layar TV yang kadang gak jelas, penumpang bisa baca buku sambil menikmati perjalanan. Buku-bukunya nggak perlu yang berat-berat, cukup novel ringan, komik, majalah atau buku inspiratif. Kalau ide ini jadi kenyataan, KAI bisa Mendidiek Jadi Lebih Baik dan berkontribusi mencerdaskan bangsa, bahkan dari atas rel kereta.

Bicara soal perpustakaan, saya rasa ini bisa jadi salah satu cara KAI untuk menciptakan suasana yang lebih positif di dalam gerbong. Kalau ada perpustakaan kecil, mungkin bisa jadi daya tarik sendiri. Saya bisa membayangkan, penumpang yang biasa cuma main sosmed, mungkin akhirnya tertarik buat membuka halaman buku atau sekedar majalah dan membacanya sampai akhir perjalanan. Sebuah inovasi kecil yang bisa memberi dampak besar, bukan?

Selain urusan perpustakaan, ada lagi harapan saya untuk KAI, memperluas wilayah operasionalnya. Sekarang ini, jalur KAI memang sudah merambah beberapa kota di Pulau Jawa dan sebagian Sumatra. Tapi, rasanya sayang banget kalau kereta api cuma berhenti di situ. Kenapa nggak mencoba membuka jalur di Kalimantan, Sulawesi, Bali, atau bahkan Papua? Banyak potensi yang bisa digarap di daerah-daerah tersebut, baik untuk mengangkut penumpang maupun logistik.

Bayangkan kalau di Kalimantan ada kereta api yang melintasi hutan tropis dan menghubungkan kota-kota penting di sana. Atau di Sulawesi, dengan rute yang menghubungkan berbagai kota pesisir dan pariwisata. Dengan hadirnya kereta api di berbagai pulau, pasti lebih banyak masyarakat yang bisa merasakan kenyamanan naik kereta. Nggak cuma di Jawa saja, tapi seluruh Nusantara. Ini bisa jadi kontribusi KAI untuk merajut konektivitas di seluruh Indonesia.

Selain memperluas jalur, KAI juga bisa mempercepat waktu tempuh. Sejauh ini sih, saya akui memang sudah ada peningkatan jauh, tapi selalu ada ruang untuk lebih baik. Apalagi dengan perkembangan teknologi, mungkin sudah saatnya KAI mulai memikirkan teknologi kereta cepat yang bisa menjangkau kota-kota dengan waktu yang lebih singkat. Perjalanan dari Surabaya ke Jakarta bisa ditempuh kurang dari 4 jam misalnya, pasti banyak yang bakal memilih naik kereta daripada pesawat.

Namun, terlepas dari segala harapan itu, saya tetap menghargai upaya KAI selama ini utamanya di bawah kepemimpinan Bapak Didiek Hartantyo. Ada banyak inovasi dan peningkatan yang membuat KAI tetap relevan di hati masyarakat. Dari segi fasilitas, pelayanan, dan manajemen, terasa betul bahwa KAI ingin selalu memberikan yang terbaik untuk penumpangnya. Bukan cuma soal bisnis, tapi bagaimana supaya kereta api tetap jadi pilihan utama transportasi publik.

Harapan saya sih, KAI bisa lebih mendengar suara-suara kecil dari para penumpang. Misalnya, tentang kebutuhan-kebutuhan sederhana seperti tempat duduk yang lebih ergonomis, kebersihan toilet yang lebih dijaga, atau harga makanan di gerbong yang sedikit lebih terjangkau. Hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membuat pengalaman naik kereta jadi jauh lebih menyenangkan berkesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun