Anies Baswedan dan Cak Imin. Setidaknya beberapa minggu terakhir ini, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden itu cukup menarik perhatian dan dibicarakan banyak kalangan. Mereka mewakili tiga partai politik besar yang memiliki basis dan pengaruh yang cukup kuat di masyarakat, yaitu NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Indonesia dengan keberagaman budaya, agama dan sukunya, senantiasa menghadirkan dinamika politik yang cukup menarik. Pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum presiden adalah momen krusial dalam menentukan masa depan bangsa ini. Dalam konteks ini, pasangan politik yang diusung oleh partai politik memiliki peran penting dalam menjalankan visi dan program mereka untuk kemajuan Indonesia.Salah satu pasangan politik itu adalahMenariknya, pasangan ini mengingatkan kita pada dua kelompok Ideologi KeIslaman yang cukup besar di Indonesia. Dua Ideologi ini kita sempitkan pada dua Organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya memang menganut Islam yang moderat, namun untuk beberapa hal, mereka memiliki aspek perbedaan yang cukup mendasar. Sejarah, Ideologi, hingga fokus aktivitas mereka.
Anies Baswedan seorang intelektual sekaligus mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sering kali dikaitkan dengan nuansa Muhammadiyah. Selain karena sosok yang Intelektualis, mungkin juga karena faktor PKS Effect. Sedikit banyak, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) punya peran besar terhadap Anies yang dipersepsikan sebagai bagian dari basis Muhammadiyah.
PKS adalah salah satu partai politik dengan latar belakang Islam yang cukup kuat. Didirikan oleh sekelompok intelektual Islam pada tahun 2002 dan memiliki pandangan Islam yang Mirip-mirip dengan Muhammadiyah. Pergerakannya menggunakan Pendekatan Islam Moderat, dan berusaha menerapkannya dalam tiap aspek kehidupan. Terlepas dinamika yang pernah terjadi antara PKS dan Muhammadiyah, image gerakan islam moderat di Indonesia memang identik dengan Muhammadiyah sebagai organisasi dan PKS sebagai partai politik. Bagimana dengan Partai Amanat Nasional (PAN)? Kapan-kapan kita bahas.
Muhaimin Iskandar atau Cak Imin merupakan petinggi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sosok yang identik dengan pergerakan basis organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU). Keterkaitan antara PKB dan NU tidak terelakkan. Seolah ini menjadi otomatis bahwa PKB adalah NU bahkan hampir mustahil memisahkan keduannya. Sejarah telah memulainya, Abdurrahman Wahid (Alm. Gus Dur) dan beberapa tokoh besar NU mendirikan PKB dan mengantarkan Gus Dur pada kepemimpinan Nasional sebagai Presiden Indonesia tahun 1999.
Bersatunya Anies Baswedan dan Cak Imin ibarat bersatunya kedua kelompok besar tadi, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Jelas perbedaan keduanya tidak terbatas pada kepentingan politik saja, pandangan dan Ideologi adalah perbedaan yang sangat fundamental seperti Air dan Minyak. Namun bukanlah seorang politisi jika tidak mampu membuat senyawa baru dari kedua unsur air dan minyak ini.
Anies Baswedan dan Cak Imin berasal dari latar belakang yang berbeda, Anies merujuk pada kelompok moderat intelektualis sedangkan Cak imin mewakili kelompok kulturalis konservatif. Ini adalah fenomena yang pada akhirnya benar-benar terjadi, dua kelompok dengan unsur yang bebeda membentuk kekuatan besar yang jika terampil dalam mengolahnya akan menjadi kekuatan politik yang sangat kuat.
Lantas akankah potensi kekuatan besar ini mampu mengantarkan Anies Baswedan dan Cak Imin pada kepemimpinan nasional sebagai Presiden dan wakil presiden? ya pasti! Pasti belum tentu, sebab kekuatan besar tersebut hanyalah potensi, sebagaimana potensial tidak akan menjadi apa-apa jika tidak diolah dengan baik.
Potensi kemenangan Anies Baswedan dan Cak Imin tidak hanya bergantung pada identifikasi dengan NU dan Muhammadiyah, melainkan pada kemampuan mereka untuk mengartikulasikan gagasan dan solusi yang menarik bagi masyarakat Indonesia. Keputusan akhir ada di tangan pemilih, dan hasilnya akan tergantung pada berbagai faktor yang kompleks dalam politik Indonesia.
Pangestu Adika Putra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H