Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Desainer - Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Kreatifitas dan Inovasi dalam Bisnis yang Bisa Diambil dari Film Filosofi Kopi

4 Juli 2023   16:30 Diperbarui: 4 Juli 2023   16:33 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Filosofi Kopi diangkat dari cerpen berjudul "serupa" karya Dewi Dee Lestari yang disutradarai oleh Dwimas Sasongko. Film ini dibintangi Chicco Jerikho, Rio Dewanto dan Jile Estelle. Sempat menjadi trending topik dikalangan penggiat kopi ala-ala senja.Jika dilihat dari sudut pandang semangat bisnis saya mensimpulkan film ini bercerita tentang kegigihan dua sahabat dalam berwirausaha dan idealisme mewujudkan bisnis idaman. Tidak berhenti di layar lebar bioskop, sekarang Filosfi Kopi bertransformasi menjadi Real Bussines berupa kedai kopi di bilangan jakarta selatan.

Berkisah tentang perjalanan Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) dalam membangun bisnis kedai kopi. Ben yang idealis, si paling ngerti soal kopi. Berbeda dengan Jody si paling realistis dan sensitif masalah keuangan, cash flow, profit dan segala hal yang menyangkut hitung-hitungan untung rugi bisnis.

Beberapa analisa saya tentang apa yang dilakukan ben dan jody dalam membangun kedai kopi ini lebih pada hal-hal yang realistis dan hanya fokus dan terbatas pada film saja. Tidak membahas tentang bagaimana kemudian Film ini diadaptasi menjadi sebuah bisnis nyata, karena memulainya dari sebuah film saja ini salah satu bentuk kreatifitas.

Proses Penamaan Filosofi Kopi bagian dari Kratifitas.
Salah satu perkara kreatifitas dalam bisnis adalah dimulai saat menentukan nama. Menentukan nama brand menurut saya adalah proses kreatifitas yang cukup fundamental, wow!. Artinya minimal apa jadinya kalau bisnis tidak ada namanya bukan? tentu tanpa nama akan memunculkan kesulitan-kesulitan besar.

Terlepas dari makna filosofis dibelakangnya bagi saya sebagai orang yang berkecimpung didunia branding, nama "Filosofi Kopi" cukup unik, belum pernah ada dan syarat makna tentunya (Prespektif Branding).

Teringat ketika ben tiba-tiba terbesit ide dan memilih nama Filosofi Kopi, salah satu kalimat yang terucap setelahnya adalah "Kopi yang enak akan selalu menemukan penikmatnya" yang kemudian menjadi semi tagline. Nama dan kalimat tersebut sangat quotable, puitis dan senjaable lah pokonya. Saya yakin para senjawan dan senjawati menggunakannya sebagai objek foto qotes, diiringi kata-kata putis dengan latar segelas kopi bertuliskan Filosofi Kopi keren lah pokoknya.

Membangun ciri khas
"Filosofi Kopi menjual filosofi di balik secangkir kopi yang dipesan" kira-kita itu image yang ben coba bangun. Salah satu bentuk kreatifitanya adalah tiap barista bercerita tentang masing-masing karakteristik kopi, mulai dari rasa kopi,  asal kopi, proses pengolahannya sampai pada teknik penyajiannya pun penuh filosofis. Selain rasa yang tentunya mutlak harus khas, "Filosofisasi" kopi menjadi ciri khas Filosofi Kopi.

Penampilan
Tidak dapat dipungkiri penampilan menjadi faktor yang cukup berpengaruh. Bagaimana logonya didesain, bagaimana visual identitynya direncanakan, bagaimana layout kedai disetting dan lainya. Dalam Branding ada tiga komponen dalam membangun brand; Brand Expression, Brand Behaviour dan Brand Communication.

Brand Expression secara teknis dapat dirasakan dengan panca indra, dapat dilihat, dicium, dirasakan, didengar. Kedai Folosofi kopi secara expresi cukup baik, logo, tagline, kostum, desain interior dan exteriornya semua bisa dibilang cukup baik sesuai dengan personality yang menggambarkan anak kopi atau lebih umum dengan sebutan anak senja.

Teknologi berperan penting
Dalam episode Filosofi Kopi The Goodwill, ben dan jody dibuat penasaran dengan kopi posong yang disajikan di kedai kopi milik dira. Yang akhinya membuat mereka melakukan pencarian sosok pak Budi, petani kopi yang ada dibalik kopi posong tersebut.

Singkat cerita ben & jody berkunjung ke kediaman pak budi di posong daerah Temanggung. Selama kunjungan tersebut, ben & jody dibuat ironi dengan apa yang terjadi. Dalam bedak ben & jody, petani kopi yang mestinya berdaya dari hasil taninya namun realitas berbeda. Dengan kualitas yang kopi posong, mestinya para petani dapat menjual kopi tersebut dengan harga yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun