Surabaya, (14/12/2024) Sampah organik merupakan salah satu komponen terbesar dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Indonesia. Hal ini tidak hanya memperburuk masalah pengelolaan sampah, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti meningkatnya emisi gas rumah kaca dan pencemaran tanah. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan untuk mengelola limbah organik. Salah satu solusi yang terbukti efektif adalah pemanfaatan teknologi komposter untuk mengolah limbah sayur menjadi pupuk organik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya, Sub Kelompok 1 yang terdiri dari Azhela Aulia Prasticha (1152100344), Doni Prasetya (1312100079), M. Fahri Aziz (1442400094), Novia Sari (1462200216), Pangestu Febriyanto (1422100103), melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Medokan Semampir RT 01 RW 08. Dalam kegiatan ini mereka membuat kompos cair dari limbah sayuran milik warga yang sudah tidak digunakan.
Kegiatan KKN Mahasiswa Untag Surabaya dimulai dari tanggal 23 November 2024 hingga 4 Januari 2025 nanti. Kegiatan KKN dibuka dengan survei lokasi dan pengenalan permasalahan yang ada di sekitar warga ditemani dan dijelaskan langsung dengan bapak Heri selaku ketua RT 1. Setelah melakukan survei dan mengetahui permasalahan warga, Proyek kompos yang dilakukan mahasiswa KKN tidak hanya memberikan solusi untuk mengurangi sampah organik, namun juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setempat.
Proyek ini membantu meningkatkan kesuburan tanah di pertanian lokal dengan mengubah sisa makanan menjadi pupuk organik. Selain itu, program ini juga merupakan sarana edukasi untuk meningkatkan minat warga dalam membuang sampah secara sukarela.
Mahasiswa KKN Untag Surabaya juga memunjukkan kepada warga RT 1 Medokan Semampir, bahwa pengelolaan sampah dapat menjadi langkah awal menuju desa berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, proyek ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah tetapi juga membuka jalan bagi inisiatif lingkungan lainnya.
Namun, dukungan lebih lanjut diperlukan baik dari pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat agar program ini berkelanjutan. Untuk menjadi budaya permanen, diperlukan peraturan dan fasilitas yang memadai untuk mendukung pengelolaan sampah berbasis kompos. Desa berkelanjutan bukan lagi sekedar impian, namun sebuah visi yang dapat kita wujudkan bersama. Hasil dari kompos ini nantinya akan di perkenalkan dan diserahkan oleh mahasiswa KKN Untag Surabaya kepada warga desa RT 01 RW 08 Medokan Semampir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H