Yogyakarta- Penggiat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada bidang makanan dan pengrajinan keluhkan sulitnya penjualan produk pada biaya transportasi yang tidak berimbang pada hasil penjualan produk yang rendah selama masa pandemi Covid'19.
Namun, sudah sewajarnya transformasi bisnis menjadi suatu hal yang tak terhidarkan bagi penggiat UMKM yang tidak ingin terlindas oleh perkembangan zaman, maka sudah seharusnya transformasi ini dimulai sedini mungkin sebagai upaya adaptasi persaingan bisnis yang lebih futuristic dalam pengunggulan penjualan produk pada situasi dan kendala-kendala yang ada terkusus pada merosotnya ekonomi yang sedang terjadi sekarang ini.
Empat dari tujuh UMKM di desa Mertelu, yang ditemui pembuat narasi saat survei kegiatan bersama kelompok KKN IT UMY 003 Agustus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada pertengahan bulan Agustus 2021 lalu, menyatakan bahwa mereka mengalami penurunan keuntungan hingga dua kali lipat.
"Kalo disini tuh terkendala penjualan karena jauh dari kota sama kurang bisa memanfaatkan potensi yang ada sih mas, ada petani-petani biji benguk biasanya cuman buat jadi tempe (mentah) mas dan gak buat apa-apa lagi, yo soalnya ga bisa tahan lama terus pembuatannya juga lama mas belum lagi yaa itu tadi jauh dari kota kalo mau jual mas," ungkap Sularmi salah satu penggiat UMKM desa mertelu (11/08).
Tentunya hal itu membuat para penggiat UMKM harus melakukan usaha lebih dengan mengeluarkan biaya yang lebih juga jika tetap ingin melakukan percobaan produk baru dan pengiriman produk kepada konsumen yang jauh dari tempat penjualan atau rumah produksinya.
"produk yang engga tahan lama dan pemasaran produk mau kemana aja yang belum tau, bagi saya tentunya menjadi penghambat dalam mendistribusikan produk ke pasar yang lebih luas," kata Triatno selaku salah satu penggiat UMKM desa Mertelu (11/08).
Tentunya persoalan yang dihadapi penggiat UMKM selalu menjadi tantangan tersendiri bagi orang-orang yang menjalaninya. Akan tetapi, sudah sewajarnya bagi orang-orang yang berada di dunia pendidikan untuk lebih mendekatkan diri dan hasil pikiran terhadap masyarakat dan mengimplementasikan ilmunya yang sudah didapat agar dapat bermanfaat bagi lingkungan masyarakat sekitar dan negara yang kita cintai ini.
Maka dari itu, Mahasiswa KKN IT UMY 003 Agustus turut berkontribusi mencari tahu , belajar bersama dan memberdayakan potensi komoditas yang ada pada desa Mertelu. Seperti, pohon bambu yang bisa dibuat kebeberapa kerajinan tangan seperti nampan/talenan serta beberapa macam barang lainnya.
Dan tepung yang terbuat dari biji Benguk yang mana bisa dijadikan sebagi bahan dasar makanan olahan yang beraneka ragam bentuknya. Mulai dari tempe crispy, bakwan dan makanan-makanan yang sekiranya terbuat dari tepung dan pastinya tepung benguk ini bisa bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa pengawet dan takut akan masa kadaluarsa yang cepat.