Mohon tunggu...
pangeran toba hasibuan
pangeran toba hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - jadilah seperti akar meski tidak terlihat, tetap tulus menguatkan batang dan menghidupi daun, bunga atau buah termasuk dirinya sendiri

Bukan apa yang kita dapatkan, tapi menjadi siapakah kita, apa yang kita kontribusikan, itulah yang memberi arti bagi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berdayakan Lumbung Pangan

11 April 2022   15:32 Diperbarui: 11 April 2022   15:39 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belum selesai teratasi persoalan kenaikan harga minyak goreng yang membebani masyarakat di tengah pandemi Covid-19, kini harus mengalami kesulitan lagi akibat naiknya harga kedelai impor.

Tidak ada yang tidak mengenal dan tidak pernah makan tahu dan tempe. Ya..tahu dan tempe adalah makanan tradisional yang merupakan makanan khas Indonesia yang berbahan dasar kedelai. Makanan murah namun mengandung banyak protein nabati.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui, ternyata Hampir 90% kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari impor (detikfinance.com 10/01/2021) dan negara kita termasuk negara pengimpor kedelai terbesar kedua di dunia. Mengapa sampai sekarang kita harus impor kedelai?

Seperti diketahui belakangan ini harga kedelai dunia mengalami kenaikan sehingga mengakibatkan harga impor kedelai juga naik, dan berdampak pada produksi tahu dan tempe dalam negeri. Kondisi ini semakin berdampak dengan kenaikan harga minyak goreng. Dimana umumnya tahu dan tempe lebih disukai dengan digoreng.

Sebagai negara agraris terbesar di dunia dengan kekayaan keanekaragaman hayati, sulit untuk dipahami dan menjadi ironi jika kebutuhan kedelai harus impor.

Kondisi seperti ini seharusnya sudah menjadi kajian mendalam kementerian terkait bagaimana agar kebutuhan kedelai dalam negeri bisa terpenuhi dengan tidak sekedar mengandalkan impor. Langkah inovasi atau perbaikan apa yang bisa dilakukan? Apalagi Presiden Joko Widodo pernah mengatakan agar masyarakat bisa menjadi konsumen setia terhadap produk lokal (Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan 04/03/2021).

Padahal sejak tahun 2020 pembangunan megaproyek lumbung pangan (food estate) nasional sudah dimulai di beberapa wilayah Indonesia dengan tujuan memperkuat cadangan pangan sehingga terwujud ketahanan pangan nasional. Namun sangat minim informasi yang diketahui masyarakat padahal alokasi dana pembangunan lumbung pangan tersebut sangat besar. Masyarakat banyak tidak mengetahui komoditi apa saja yang ditanam, apakah kedelai termasuk komoditi yang dikembangkan? dan bagaimana hasil panen dari lumbung pangan yang sudah dibangun?

Kita memiliki banyak ahli dalam bidang pertanian maupun teknologi pertanian, sehingga bukanlah hal yang sulit dalam melakukan riset dan pengembangan tanaman kedelai.

Perwujudan ketahanan pangan nasional sebagai tujuan keberhasilan pembangunan lumbung pangan ini tentu terlihat dari apakah kita masih impor pangan atau tidak.

Semua kita tentu mengidamkan, 'kail dan jala cukup menghidupimu, ikan dan udang menghampiri dirimu, tongkat kayu dan batu jadi tanaman', seperti penggalan lagu 'Kolam Susu -- Koes Plus' yang menggambarkan betapa kaya dan subur negeri kita Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun