Adalah menjadi ironi, sebagai negara pengekspor 'cpo' terbesar dunia, pengusaha kelapa sawit menerima keuntungan sebagai dampak kenaikan, pemerintah menerima pemasukan pajaknya tetapi masyarakat bawah tidak dapat menikmati harga minyak goreng dengan harga murah.
Apakah kenaikan harga tersebut karena sebagian besar CPO untyuk ekspor? Bukankah lebih baik diprioritaskan mencukupi kebutuhan dalam negeri baru dilakukan ekspor? Ya...ini kembali lagi dengan prinsip pengusaha, kalau bisa unytuk lebih besar mengapa tidak?
Kalaupun permintaan minyak sawit untuk konsumsi dalam negeri mengalami kenaikan  seharusnya sudah bisa diperhitungkan. Apakah karena disparitas harga jual menyebabkan pengusaha lebih suka ekspor dari pada menjual di dalam negeri? Publik sangat diharapkan perhatian pengusaha pengekspor 'cpo' maupun pemerintah sebagai regulator.
Pemangku kebijakan perlu menjelaskan permasalahan ini secara gamblang kepada masyarakat dan segera mengambil langkah antisipasi guna mengontrol harga minyak goreng sekarang ini bisa lebih terjangkau, syukur bisa kembali ke harga semula. Apakah bisa?
Apalagi Kementerian Perdagangan sudah mengatakan tren kenaikan harga minyak goreng bakal berlanjut seiring momentum siklus komoditas hingga tahun 2022 bahkan berpotensi terus bergerak, diprediksi hingga kuartal pertama 2022 pun masih terus meningkat karena termasuk komoditas yang 'supercycle' (Bisnis.com 24/11/2021).Â
Bagi sebagian kalangan mampu mungkin kemahalan minyak goreng ini tidak berarti banyak. Namun bagi sebagian besar rakyat Indonesia kenaikan harga minyak goreng, yang merupakan salah satu kebutuhan pokok, jelas mengganggu perekonomian keluarga. Dalam kondisi sulit sekarang ini apalagi menjelang hari besar keagamaan akhir tahun, beban ekonomi masyarakat semakin berat.
Kenaikan harga minyak goreng akan memicu kenaikan harga-harga komoditi atau produk makanan lainnya, karena minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok kita. Kita berharap ada penjelasan atau langkah perbaikan dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H