Mohon tunggu...
Pangeran Mujahid Fi Sabilillah
Pangeran Mujahid Fi Sabilillah Mohon Tunggu... -

tetaplah menebarkan kebaikan dimana\r\nsaja, situasi apa saja dan kapan saja,\r\ndunia online seperti pisau bermata dua\r\njika tdk pandai memanfaatkan bisa\r\nmenikam diri sendiri...\r\nmari berjihad dgn jihad sebenar-benarnya, melalui dunia nyata maupun\r\ndunia maya...\r\n \r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemewahan Ujian Bagi Kita

25 September 2012   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Sejak zaman dulu nenek moyang kita mengenal buah maja, yaitu buah yang mengilhami Raden Wijaya menamakan kerajaannya dengan nama Majapahit. Buah Maja bentuknya sangat menarik, hampir-hampir menyerupai buah semangka. Bagi bagi orang yang sedang haus, buah Maja ini terlihat sangat menantang. Tetapi ketika orang mencoba memakannya, maka ia akan kecewa, karena buah Maja ini ternyata rasanya pahit bukan kepalang!

Di zaman modern seperti sekarang ini, buah Maja sudah berubah bentuk walaupun tetap menantang, yaitu kemewahannya. Para ahli hikmah yang mampu melihat jauh ke dalam, sepakat menyimpulkan bahwa kemewahan hidup akan menggiring manusia ke dalam kepahitan, yaitu terpuruk dalam jurang kehancuran. Fakta pun menunjukkan, gaya hidup yang penuh kemewahan akan membuat orang menjadi lalai akan tujuan kehadirannya ke dunia, berpikiran pendek, tidak mempunyai idealisme yang luhur, serta jauh dari cita-cita yang mulia.

Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa kehidupan mewah akan merusak manusia. Ia menanamkan pada diri manusia berbagai macam kejelekan,kenohongan dan perilaku buruk lainnya. Nilai-nilai agung akan hilang pada dirinya, dan berganti dengan nilai-nilai bejat yang merupakan sinyal kehancuran menuju kepunahan.

Banyak orang demi mengejar kemewahan hidup, cenderung mengambil jalan pintas, mengabaikan nilai-nilai akhlak atau rambu-rambu moral. Bukankah adanya penipuan, perampokan, pencurian, penodongan, dan penyalahgunaan kekuasaan ( korupsi ) bermuara dari keinginan untuk hidup mewah?

Para bijak mengatakan, kemudian rezeki yang diperoleh hendaknya tidak membuat kita lupa diri terperosok dalam gaya hidup bermewah-mewah yang jauh dari kesederhanaan. Dunia memang indah, namun harus disadari akhirat jauh lebih manis dan kekal abadi. Rasulullah SAW menginggatkan bahayanya hidup berkemewah-mewahan dengan sabdanya yang terkenal :

" Sesungguhnya di antara yang ªķΰ khawatirkan atas kalian sepeninggalku nanti ialah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini padamu "
( HR Bukhari & Muslim )

Orang berperilaku hidup mewah, sudah terbukti akan cenderung membangkang pada perintah-perintah Tuhan. Kecenderungan ini boleh jadi merupakan " sunatullah ", sebagaimana yang di isyaratkan Allah dalam Firman-Nya :

" Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu ( supaya menaati Allah ), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu ... "
( Al-isra' : 16 )

Pesan saya terhadap kalian para kompasianer yang tanggap :

" Merasa puas terhadap apa yang diperoleh, membuat orang fakir menjadi seolah-olah kaya raya, sedanglan serakah, dapat membuat orang kaya seolah-olah fakir "

Marilah hidup sesuai tuntunan kita, keiklhasan sangat dibutuhkan dalam menjalani sisa hidup kita yang tinggal sebentar saja,

Semoga damai bagi yang membaca,
.آميـــــــــن آميـــــــــن يَا رَبَّ العَالَمِي

Pangeran Mujahid Fi Sabilillah_

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun